Oleh karena itu, dari data yang dimilikinya, wajar saja bisnis properti di masa pandemi saat ini justru mengalami peningkatan 3,84 persen. Sedangkan untuk pasar perumahan Jabodebek Banten mengalami pertumbuhan nilai penjualan mencapai 24,4 persen.
Meskipun perumahan Landed Properti masih menjadi favorit, namun perkembangan pesat saat ini mulai berfokus pada apartemen yang terakses langsung fasilitas umum, seperti MRT, LRT.
“Jadi mau gak milenial akan tinggal dalam apartemen dan fokusnya dibawah 2 Milar. Walaupun saat ini, generasi milenial tak mendominasi apalagi saat era pandemi seperti ini karena tertekan oleh debling, tetapi untuk kedepannya di kota-kota besar tak hanya Jakarta saja akan mengikuti trend seperti itu setelah pandemi berlalu,” jelasnya.
Lantas mengapa perumahan apartemen terintegrasi menjadi pilihan dibandingkan Landed Property seperti rumah subsidi?
Gengsi, menurut Ali, menjadi salah satu alasan para kaum milenial lebih memilih apartemen ketimbang Landed Property.
“Kalau kita bicarakan milenial malah tak ada kecenderungan ke rumah subsidi karena generasi milenial memiliki gengsi yang cukup tinggi,” ungkapnya.
Dicontohkan Ali, ketika generasi milenial lebih memilih mencicil apartemen bernilai Rp300 juta ketimbang mengambil rumah subsidi di bawa Rp 200 Juta.
“Tapi ketika mereka ditawarkan harga rumah Rp500 juta mereka tak berani karena gaji mereka gak memenuhi. Intinya ambil tinggi tak bisa ambil rendah tak mau,” katanya.
Alasan mobilitas juga kemudian menjadi salah satu faktor yang digunakan mereka untuk memilih investasi properti mereka. Namun, masih banyak prioritas lainnya yang kemudian menghambat mereka untuk merealisasikan investasi properti.
“Kalau emang ada dana untuk membeli properti harusnya mereka belikan properti diusia muda, kalau tidak membeli properti mereka sebenarnya masih bisa menyewa di apartemen atau apapun yang ada mobilitasnya. Jadi jika milenial menyewa properti setidaknya mereka memiliki satu aset untuk aset, misalnya rumah seharga Rp100 jutaan karena nilainya akan terus bertambah dimasa mendatang, dan jangan sampai bertambah usia melupakan aset yang harusnya mereka miliki untuk masa depan,” pesannya.
Jika dilihat dari data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) 2019, sektar 81 juta (sebesar 31 persen) penduduk Indonesia masih belum memiliki rumah. Harga yang meroket menjadi salah satu kendala utama kebutuhan tersebut belum mampu untuk dipenuhi.
Untuk harga tanah seperti di Jakarta, saat ini sudah mencapai angka yang sangat fantastis. Untuk lokasi yang strategis, anda jangan berharap bisa mendapatkan harga di bawah Rp 10 juta untuk satu meternya.
“Kalau di daerah Jakarta harga sudah tidak ada yang di bawah Rp10 juta permeter, makanya untuk harga rumah jadi atau apartemen pasti di atas Rp500 juta,” beber salah seorang kontraktor di Jakarta, Nanda.
Kontraktor tersebut menyebutkan saat ini daerah dengan harga tanah termahal adalah wilayah Menteng.
“Di Menteng saja harga tanah per-meternya sudah bisa kena Rp50 juta,” tambahnya.
Alternatif satu-satunya yang bisa dilakukan oleh generasi milenial adalah investasi tanah di daerah Banten, yaitu pandeglang maupun daerah penyangga lainnya di Jakarta karena masih berada di angka yang relatif terjangkau.
Nanda pun juga menjelaskan apabila generasi milenial akan membuat rumah atau membeli tanah, harus memperhatikan dan juga membandingkan properti lainnya.
“Apabila ingin membeli tanah harus memperhatikan akses menuju tempat dan juga lingkungannya, jangan sampai karena harga murah langsung dibeli, padahal tanah tersebut banyak kekurangannya yang apabila dibangun bikin tak nyaman yang punya tanah tersebut,” jelasnya.
Kontraktor itu juga memberikan tips apabila lebih memilih rumah, bandingkan lah dengan beberapa rumah. Lalu balik lagi ke awal jangan tergiur dengan harga rumah yang murah.
“Kalau ada pilihan 2 rumah, yang satu dipasang harga Rp150 juta tapi harus renovasi dan yang satu Rp200 juta tanpa renovasi, mending ambil yang dipasang harga Rp200 juta. Apabila dipilihkan dengan rumah seharga Rp50 juta tetapi harus renovasi juga dan pilihan kedua ada rumah seharga Rp200 juta tanpa renovasi rumah, ya diusahakan ambil yang harga murah dan bisa direnovasi dengan dana kurang dari Rp200 juta tersebut,” tuturnya.