JAKARTA, HOLOPIS.COM – Ketua SETARA Institute, Hendardi menilai, bahwa ditangkapnya Ahmad Zain An Najah oleh Detasemen Khusus 88 Antiteror (Densus 88) Mabes Polri malah mengonfirmasi bahwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) lalai, khususnya di dalam melakukan screening terhadap orang-orang yang terlibat di dalam kepengurusan organisasinya.
“MUI yang seharusnya menjadi jangkar moderatisme Islam kembali lalai seperti di masa sebelumnya,” kata Hendardi dalam keterangannya yang diterima Holopis.com, Minggu (21/11) dini hari.
Apalagi posisi Zain ada di Komisi Fatwa MUI, di mana bidang di dalam organisasi para Ulama Islam itu cukup strategis, sebagai produsen fatwa.
“Dengan membiarkan orang seperti An Najah menjadi bagian dari struktur MUI, bahkan pada Komisi Fatwa, suatu Komisi yang selama ini memproduksi fatwa-fatwa keagamaan,” imbuhnya.
Oleh karena itu, Hendardi pun menyarankan agar MUI melakukan evaluasi diri secara menyeluruh, sehingga jangan sampai ada lagi pengurus MUI yang terciduk aparat karena kasus terorisme.
“Penangkapan An Najah, harus menjadi momentum koreksi serius bagi MUI untuk melakukan upaya-upaya ekstra memastikan kelembagaan MUI tidak menjadi instrumen promosi intoleransi,” tuturnya.
Bagi Hendardi, upaya tersebut tidak hanya sekedar dilakukan di pusat saja, bahkan MUI di seluruh Indonesia. Hal ini pun demi nama baik organisasi yang menjadi wadah para ulama dan cendekiawan muslim lainnya.
“Bukan hanya MUI di tingkat Pusat, MUI di berbagai tingkatan juga mesti berbenah,” tambahnya.
Lebih lanjut, Hendardi pun menyampaikan apresiasi terhadap Densus 88 Mabes Polri yang terus melakukan upaya pemberantasan terorisme di Indonesia. Sekaligus tak perlu risau dengan narasi Islamophobia yang terus dialamatkan kepada sub organisasi Polri yang fokus pada penanggulangan terorisme itu.
“Sekalipun mereka berlindung di balik organisasi keagamaan,” pungkasnya.