Lalu, apa yang bisa dipelajari Indonesia?
Kalau membahas “budaya”, bisa dibilang Indonesia tidak ada tandingannya di dunia. Tentu saja, dibandingkan negara lain, negara kita termasuk negara dengan budaya yang paling banyak dan unik, mulai dari bahasa, makanan, agama, dan lain-lain.
Keberagaman selalu menjadi kelebihan Indonesia dan sesuatu yang paling dibanggakan setiap kita memberitahu dunia identitas kita sebagai warga negara Indonesia.
“Unity in Diversity”, Bhinneka Tunggal Ika, Berbeda-beda tapi satu, merupakan jati diri Indonesia sekaligus harta yang paling berharga.
Namun, untuk “jualan” seperti Korea, mungkin keberagaman Indonesia justru merupakan sebuah kelemahan.
Korea, adalah negara yang homogen. Menurut situs Ediplomat, Korea Selatan adalah salah satu negara di dunia yang homogen, dari ras, bahasa, makanan, berpakaian, dll.
Bahkan, sebuah artikel dari The Korea Times mengatakan, bahwa warga Korea telah terdidik sejak sekolah dasar mengenai istilah homogen secara etnik, atau “ethnically homogeneous”.
Hal itu pernah dibahas di The New York Times, di mana dijelaskan masyarakat Korea masih sangat menjunjung tinggi warna kulit, terutama pada generasi lebih tua.
Tak heran, Korea Selatan sering dikritik karena masyarakat mereka yang dianggap rasis, dan belum bisa menerima sepenuhnya masyarakat asing yang terlihat sangat berbeda dari mereka.
Tetapi, ada kelebihan dari sisi homogenitas Korea Selatan. Mereka memiliki satu jenis budaya yang bisa dengan mudah dikenalkan ke dunia. Mereka mengenali jati diri mereka, dan tidak terpecah oleh perbedaan apapun.
Sementara Indonesia dengan bebagai kekayaan budayanya masih belajar bagaimana caranya menjadi satu, dan melebur tanpa membeda-bedakan etnis, bahasa dan agama.
Mungkin Indonesia masih harus belajar cara “menyatu” dari Korea Selatan. Kompak, satu suara, satu pikiran, satu ciri khas, sehingga ketika dunia melihat kita, mereka tidak bingung harus menoleh ke arah mana.
Tetapi, belajar dari kekurangan Korea Selatan yang tak paham dengan perbedaan sehingga belum terbuka dengan perbedaan yang sebenarnya indah dan memperkaya pengetahuan.
Bukankah itu bisa menjadi modal kita untuk menjadi negara superpower berikutnya? (BI, SEL, MHD).