JAKARTA, HOLOPIS.COM Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK) Habib Syakur Ali Mahdi Al Hamid menilai bahwa program deradikalisasi dan pendidikan moderasi beragama oleh pemerintah kurang masif. Manurutnya, program untuk mencegah penularan dan berkembangnya paham intoleran, radikal dan teror itu belum menyentuh ke akar rumput.

“Deradikalisasi harus lebih masif,” kata Habib Syakur kepada wartawan, Rabu (13/10).

Memang ada perbedaan antara deradikalisasi dan pendidikan moderasi beragama. Dikatakan Habib Syakur, deradikalisasi adalah upaya penyadaran kembali orang-orang yang sudah terpapar pemikirannya tentang gerakan radikal agar kembali sadar dan mencintai NKRI sebagai bangsa dan negara.

Sementara moderasi beragama adalah upaya penyaluran literasi beragama agar lebih moderat, menghargai perbedaan, saling menyayangi dan menjaga dengan persatuan dan kesatuan tanpa membedakan suku, ras, agama dan antar golongan.

“Di desa itu belum tersentuh banyak untuk program-program penanggulangan dan deradikalisasi, dan literasi moderasi beragama kepada orang-orang yang belum terpapar,” jelasnya.

Apalagi pasca dibubarkannya organisasi kemasyarakatan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) oleh pemerintah melalui putusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN), kelompok tersebut sampai saat ini masih eksis dan tetap melakukan doktrinasi kepada masyarakat dengan dalih pendidikan agama Islam. Maka tak heran ketika doktrin Negara Islam Indonesia (NII) di Kabupaten Garut masih ada dan mampu mendoktrin anak-anak dan remaja bahwa pemerintah Indonesia adalah kepemimpinan thoghut yang patut diperangi.

“Dakwahnya itu yang terkesan arogan, tidak berujung pada persatuan dan kesatuan bangsa, merusak nilai luhur budaya bangsa. Ini masih berkembang karena rendahnya literasi masyarakat tentang moderasi Islam,” tuturnya.

Kelompok semacam itu menurut Habib Syakur sebenarnya harus diperhatikan dan diantisipasi agar pemahaman-pemahaman radikal dan ekstremis tidak mempengaruhi masyarakat. Perlu ada kontra narasi agar masyarakat pedasaan tidak mudah terpapar doktrinasi kelompok radikal, intoleran dan teroris itu.

“Sosialisasi dari tingkat desa, kita kumpulkan RT RW, kepala desa. Saya kalau berdakwah, RT RW kepala dusun saya kumpulkan, di sana saya beritahu bahwa negara ini sedang hadapi radikalisme dan intoleran,” tandas Habib Syakur.

Oleh karena itu, ia bergarap agar pemerintah dan lembaga terkait agar lebih memasifkan deradikalisasi dan pendidikan moderasi beragama bisa menyentuh ke akar rumput. Karena tujuannya adalah agar bangsa Indonesia bebas dari pengaruh pemikiran dan paham yang membahayakan kesatuan dan persatuan Indonesia.

“Harus dipaparkan satu persatu, karena selama ini deradikalisasi masifnya di perkotaan saja, bukan di pedesaan. Padahal pedesaan menjadi sasaran empuk kelompok yang memegang egoistis beragama, di situ kita bisa tarik benang merahnya,” pungkasnya.