“Kami berharap hasil dari penelitian ini dapat membantu dunia untuk memiliki pemahaman yang lebih baik tentang COVID-19,” kata koordinator lapangan Thavry dilansir dari Reuters.
Spesies inang seperti kelelawar, biasanya tidak menunjukkan gejala patogen, namun hal ini bisa sangat merusak jika ditularkan ke manusia atau hewan lain.
Dr. Veasna Duong, Kepala Virologi di IPC, mengatakan bahwa lembaganya telah melakukan setidaknya 4 penelitian seperti itu dalam dua tahun terakhir, dengan harapan mendapatkan petunjuk tentang asal dan evolusi virus yang ditularkan oleh kelelawar.
“Kami ingin mengetahui apakah virus itu masih ada dan untuk mengetahui bagaimana virus itu berevolusi,” kata Duong.
Virus mematikan yang berasal dari kelelawar antara lain Ebola dan virus corona lainnya seperti Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS) dan Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS).