JAKARTA, HOLOPIS.COMAnggota Komisi VIII DPR RI, Tubagus Ace Hasan Syadzily meluruskan perspektif Panglima Komando Strategi Angkatan Darat (Pangkostrad) Letjen TNI Dudung Abdurrachman, yakni terkait dengan statemen semua agama itu benar.

Ia memulai dari perspektif agama sebagai ajaran yang dipeluk oleh masing-masing individu. Menurut Ace Hasan, setiap individu wajib meyakini ajaran agamanya yang benar. Dan begitupun dia, Ace Hasan meyakini bahwa Islam adalah ajaran agama yang paling benar.

“Apakah kita dalam beragama harus yakin dengan ajaran Agama yang kita anut? Jelas kita harus yakin karena pertama kali dalam Islam itu adalah keyakinan, Akidah,” kata Ace Hasan dikutip oleh Holopis.com, Jumat (17/9).

Bahkan dalam berbagai aspek, ia sudah seharusnya meyakini betul bahwa Islam adalah ajaran agama yang terbaik sebagai petunjuk kehidupan.

“Pilihan saya beragama Islam karena yakin bahwa ajaran yang dibawa Nabi Muhammad merupakan ajaran yang terbaik,” jelasnya.

Lantas bagaimana pendapatnya tentang ajaran agama lain selain Islam. Secara akidah, Ace Hasan menyatakan bahwa jelas tidan bisa disamakan. Karena dalam teologisnya, ajaran agama lain jelas memiliki perbedaan konsep yang sangat kentara satu dengan lainnya.

Dari perspektif ini, jelas ia meyakini tidak semua agama sama dan benar menurut dirinya sebagai manusia penganut ajaran agama Islam.

“Apakah ajaran Agama lain itu sama di mata saya? Ya tidak. Mereka punya konsep sendiri tentang Tuhan, kenabian, ritual, sembahyang, dan jalan kehidupan sesuai dengan ajarannya,” ujarnya.

Walaupun ia menyatakan tidak semua agama yang ada adalah benar, dan menyatakan bahwa ajaran agama yang saat ini ia peluk adalah yang paling benar, maka perspektif itu tidak bisa lantas membuatnya menjadi kolot termasuk di dalam menjalin hubungan kemanusiaan dengan multi agama seperti di Indonesia.

Karena di dalam konsep berbangsa dan bernegara, Ace Hasan menyatakan bahwa setiap perbedaan harus dijadikan sebagai sebuah keniscayaan, sehingga antar umat beragama bisa saling menghormati dan menghargai ajaran agama masing-masing.

“Apakah dengan perbedaan-beda itu, lalu kita harus membenci mereka? Memerangi mereka? Menjadikan semua harus sama dengan ajaran Agama kita? Tentu tidak. Kita harus hormati perbedaan itu. Biarkan mereka hidup dalam keragaman,” tutur Ace Hasan.

Yang jauh lebih fundamental dalam menjalin hubungan yang baik antar umat beragama dalam bingkai berbangsa dan bernegara di Indonesia adalah mengamalkan ajaran agama dengan baik untuk kebaikan bersama. Bagaimana ajaran sebuah agama dapat memberikan nilai manfaat untuk kemaslahatan orang lain tanpa mengganggu kepercayaan satu dengan yang lainnya.

Dalam ajaran Islam, kata Ace Hasan, konsep tersebut terkenal dengan istilah Islam Rahmatan Lil ‘Alamin. Yakni Islam yang memberikan rahmat bagi seluruh alam tanpa membeda-bedakan apapun.

“Yang harus kita patut menjadi bahan renungan dalam beragama adalah soal bagaimana kita menggali nilai-nilai ajaran Agama dan menempatkan agama sehingga dapat membawa rahmat bagi semesta (rahmat lil alamin),” tuturnya.

Lebih lanjut, Ace Hasan ingin menggarisbawahi soal bagaimana umat beragama menggali nilai-nilai agamanya masing-masing. Benar bahwa setiap umat beragama harus meyakini kebenaran agama yang dianut, namun soal mempelajari ajaran agama, setiap individu harus memiliki sikap yang terbuka untuk menerima kebenaran-kebenaran yang lain.

Dan negara pun kata Ace Hasan, memiliki kewajiban untuk memberikan perlindungan dan pelayanan yang baik terhadap para pemeluk agama sebagai bagian dari elemen bangsa Indonesia.

“Dalam konteks negara, tentu negara harus memberikan pelayanan yang sama terhadap semua agama, karena semua warga negara memiliki hak sama. Negara wajib melindungi agama dan keyakinan warga negara. Ini perintah konstitusi,” tegas Ace Hasan.

Terakhir, politisi Partai Golkar itu menegaskan, bahwa konstitusi di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selama ini berjalan tidak perlu dibentur-benturkan dengan kitab suci, termasuk dengan Alquran, termasuk bagaimana di dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam perbedaan.

“Perintah Konstitusi ini tak bertentangan sama sekali dengan ajaran Islam yang saya yakini. Alquran banyak menyebut larangan untuk memaksakan agama. Piagam Madinah menjadi model tentang kesepakatan kehidupan masyarakat soal Agama yang dicontohkan Nabi Muhammad,” pungkasnya.