Holopis.com JAKARTA, HOLOPIS.COM Influencer, Deddy Corbuzier kembali lagi melakukan podcast setelah beberapa waktu lalu mengumumkan diri untuk berhenti dari seluruh aktifitasnya di sosial media, termasuk di podcast Close The Door yang fenomenal itu.

Dalam unggahan podcast baru-baru ini, ayah dari Azkanio Nikola Corbuzier ini menyampaikan, bahwa dirinya nyaris meninggal dunia karena sakit Covid-19.

“Saya sakit, saya kritis dalam waktu 3 hari dan ada kemungkinan besar meninggal,” kata Deddy dalam video yang diunggah di channel Youtube pribadinya itu, Minggu (22/8/2021).

Ia pertama kali terkena Covid-19 saat mengurus satu keluarga yang semuanya terkena virus korona ini. Bahkan ia mengaku sangat intens dengan keluarga tersebut agar bisa tertangani dengan baik secara medis.

“Saya taking care, cari RS, obat dan kontak saya dengan mereka terus-terusan. Saya sangar PD (percaya diri -red) karena pola hidup saya sehat dan prokes, tp viral load saya terlalu tinggi,” ujarnya.

Karena kontak langsung cukup sering yang membuat viral load yang menjadi potensi penyebaran Covid-19, Deddy pun rutin melakukan swab Antigen untuk memastikan kondisi kesehatannya. Dan benar, ia terdeteksi Covid-19 melalui 3 varian swab Antigen yang dilakukan.

“Saya cek tiap hari antigen dan saya covid, tapi saya nggak khawatir, paling demam 2 hari, karena vitamin saya full, makanan saya sehat, olahraga saya kuat. Dan ternyata benar, di hari ke 4 saya swab antigen saya negatif tanpa ada gejala,” kisahnya.

Merasa dirinya tidak mengalami gejala covid dan berdasarkan hasil usap Antigen, ia pun mulai melakukan kembali podcast seperti biasa. Sayangnya, dua minggu kemudian ia mengalami gejala yang membuat tubuhnya drop.

Demam tinggi yang menyentuh angka 41 derajat membuatnya mengalami vertigo. Kemudian, ia langsung dibawa ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto untuk dilakukan check up medicine. Dan dari hasil CT Scan Thorax, paru-parunya terdeteksi mengalami kerusakan di angka 30 persen.

“Tiba-tiba di minggu kedua setelah saya kena dan negatif, demam saya naik sampai hampir 40, lalu paginya naik lagi sampai 41. Something is wrong, saya vertigo, saya CT Toraks di RSPAD. Ternyata ada kerusakan 30 lalu saya diminta stay di RS, tapi (karena) saya punya oksigen masih 99, dokter katakan boleh kalau mau stay di rumah,” paparnya.

Sepanjang di rumah, ia melakukan terapi kesehatan yang cukup ketat, protokol kesehatan sampai memakan obat-obatan penunjang kesembuhan Covid-19, mulai dari avigan hingga ivermectin. Walaupun ia tahu obat-obatan itu masih menimbulkan kontroversi, namun itulah yang ia upayakan agar bisa sembuh.

Dan setelah dua hari berlalu, Deddy merasa badannya kembali demam dan membuat dirinya harus dilarikan ke RS Medistra untuk dilakukan pemeriksaan. Dan ia akhirnya merasa sangat down ketika mengetahui hasil CT Scan Thorax di sana, kerusakan di paru-parunya sudah sampai 60 persen.

“Tiba-tiba 2 hari saya panas lagi dan dibawa ke Medistra, saya ketemu dokter dan kerusakannya sudah 60, ini fase momen badai sitokin. Saya agak kaget, karena badai sitokin bikin orang meninggal, dan saya hari itu gak boleh pulang, kata dokter kerja saya terlalu agresif,” tandasnya.

“Saya masuk ke RS, kondisinya pada saat itu panas, demam, badan sakit semua dan kecewa sekali, karena saya tidak menyangka orang seperti saya bisa seperti itu. Badai sitokin ini masa kritis dimana hidup atau mati. Saya langsung aja, dan itu saya harus berhenti saat itu,” tambahnya.