JAKARTA, HOLOPIS.COM – Pandemi Covid-19 telah menyebabkan ribuan anak di India kehilangan orang tua mereka bahkan sejak awal pandemi, melanda negeri Bollywood itu.
Berdasarkan laporan resmi Komisi Nasional Perlindungan Hak Anak (NCPCR) menyebutkan, bahwa lebih dari 1.700 anak di India jadi yatim piatu karena wabah virus korona.
Selain itu, lebih dari 7.400 anak kehilangan salah satu dari orang tuanya dan sebanyak 140 anak dilaporkan telah ditelantarkan.
Merespons hal ini, pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi telah mengumumkan langkah-langkah untuk membantu anak-anak tersebut. Salah satunya adalah, bantuan uang senilai 1 juta rupee (setara dengan Rp 195 juta), yang akan diberikan kepada setiap anak sebagi tunjangan, dari usia 18 hingga 23 tahun. Dana tersebut diberikan melalui skema PM-CARES.
Selain dari pemerintah pusat, pemerintah negara bagian di India juga telah mengumumkan berbagai inisiatif untuk membantu anak-anak yang kehilangan orang tuanya akibat pandemi Covid-19.
Namun, Lembaga perlindungan anak dan para aktivis di India meyakini bahwa bantuan keuangan saja tidak akan menjamin kesejahteraan anak-anak yang terdampak pandemi Covid-19.
Dalam banyak kasus, paket bantuan keuangan semacam itu akan terbentur dengan rumitnya birokrasi. Banyak bantuan kesejahteraan sosial yang sebelumnya telah diluncurkan di India, akhirnya tidak sampai ke penerima karena rumitnya prosedur dan persyaratan yang dibutuhkan untuk mengakses bantuan.
“Mereka yang memenuhi syarat untuk mendapatkan bantuan ini telah berbagi pengalaman, di mana mereka harus bergerak dari satu tempat ke tempat lain, hanya untuk menyerahkan dokumen yang tidak ada habisnya,” kata Anurag Kundu, ketua Komisi Perlindungan Hak Anak Delhi, kepada DW.
Selain itu karena dikhawatirkan memunculkan stigma, menurut para aktivis, anak-anak di panti asuhan sering dilupakan, baik dalam hal bantuan pemerintah ataupun dalam hal inisiatif pembangunan.
“Pertama-tama mereka akan dimasukkan ke dalam kategori ‘anak yatim piatu COVID’ dan akan distigmatisasi. Tetapi sebelum itu, mereka harus membuktikan bahwa orang tua mereka meninggal karena COVID untuk mendapat bantuan. Bisakah Anda bayangkan betapa sulitnya situasi mereka?” kata Enakshi Ganguly, salah satu pendiri Pusat Hak Anak HAQ, kepada DW
Diketahui, ada sekitar 370.000 anak yang tinggal di lebih dari 9.500 panti asuhan di seluruh India.
“Panti asuhan di India belum menerima bantuan yang memadai dari pemerintah selama pandemi Covid-19 dan saat lockdown. Ditambah dengan kendala sumber daya yang buruk, membuat anak-anak menjadi semakin rentan,” kata Satyajeet Mazumdar, kepala LSM Catalysts for Social Action.
Ia menambahkan, pihak berwenang telah membuat kategori baru anak yatim piatu dengan mengumumkan paket bantuan keuangan yang hanya tersedia bagi anak-anak yang orang tuanya terdampak pendemi Covid-19.
“Apakah mereka lebih rentan daripada anak-anak lain yang menjadi yatim piatu karena sebab yang berbeda?” tanya Satyajeet bernada ironi.
Selain itu, banyak anak yang juga memerlukan konseling untuk mengatasi kesedihan dan trauma mereka.
“Pandemi Covid-19 telah muncul sebagai krisis atas hak anak. Anak-anak kehilangan orang tua dan pengasuhnya karena virus corona, membuat mereka sangat rentan dan tanpa pengasuhan orang tua,” kata Yasmin Ali Haque, perwakilan UNICEF India. (MIB)
Follow channel WhatsApp Holopis.com.
Temukan kami di Google News, dan jangan lupa klik logo bintang untuk dapatkan update berita terbaru. Silakan follow juga WhatsApp Channnel untuk dapatkan 10 berita pilihan setiap hari dari tim redaksi.