JAKARTA, HOLOPIS.COM – Kisah Nabi Ibrahim A’laihisalam (AS) merupakan penghulu para nabi. Dari Nabi Ibrahim lah lahir keturunan para nabi dan rasul. Nabi Ibrahim juga merupakan salah satu nabi ulul azmi bersama Nabi Nuh, Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad SAW.
Kisah Nabi Ibrahim lahir di masa Raja Namrud yang zalim. Di masa itu, semua bayi laki-laki harus dibunuh. Ibunda Ibrahim, Amilah kemudian memasukan Ibrahim kecil ke sebuah gua agar tidak dibunuh para pengawal raja.
Namun, atas seizin Allah subhanahuwata’ala, Ibrahim kecil tidak kelaparan dan kehausan karena ibunya selalu bisa menyusui dan memberinya makan hingga dewasa.
Dalam Tafsir Ibnu Katsir, dikisahkan dalam Alquran, Surat Al Anbiya ayat 51, bahwa Allah telah menganugerahkan hidayah kebenaran kepada Ibrahim sejak kecil.
وَلَقَدْ اٰتَيْنَآ اِبْرٰهِيْمَ رُشْدَهٗ مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا بِهٖ عٰلِمِيْنَ
“Dan sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran sebelum (Musa dan Harun), dan adalah Kami mengetahui (keadaannya”.
Kaum Nabi Ibrahim merupakan para penyembah berhala. Bahkan, ayah Ibrahim, Azar dikenal sebagai pembuat patung terbaik.
اِذْ قَالَ لِاَبِيْهِ وَقَوْمِهٖ مَا هٰذِهِ التَّمَاثِيْلُ الَّتِيْٓ اَنْتُمْ لَهَا عَاكِفُوْنَ
(Ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya, “Patung-patung apakah ini yang kalian tekun beribadat kepadanya?” Mereka menjawab, “Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya.”
Kemudian Ibrahim AS bersumpah —yang sumpahnya dapat didengar oleh sebagian kaumnya— bahwa sesungguhnya dia akan membuat tipu daya terhadap berhala-berhala mereka, yakni dia benar-benar akan menyakiti hati mereka dengan memecahkan berhala-berhala mereka sesudah mereka pergi menuju ke tempat perayaan mereka. Menurut kisahnya, mereka (kaum Nabi Ibrahim) mempunyai hari pasaran tertentu yang mereka rayakan di suatu tempat.
Ketika hari raya itu sudah dekat masanya, ayah Ibrahim berkata, “Hai anakku, seandainya kamu keluar bersama kami menuju ke tempat perayaan kami, niscaya kamu akan kagum kepada agama kami.” Maka Ibrahim keluar (berangkat) bersama mereka. Ketika di tengah jalan, Ibrahim menjatuhkan dirinya ke tanah dan berkata, “Sesungguhnya aku sakit.”
Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur terpotong-potong. Yakni hancur berkeping-keping dipecahkan oleh Nabi Ibrahim, kecuali berhala yang paling besar. Ibrahim AS lalu meletakkan kapak di tangan berhala yang terbesar, untuk memberikan gambaran kepada mereka bahwa berhala yang terbesarlah yang memecahkan berhala-berhala lainnya. Karena mereka tidak mau menyembahnya, maka ia memecahkan semua berhala kecil yang membangkang kepadanya.
Setelah mereka kembali dari perayaannya dan menyaksikan apa yang telah dilakukan oleh Ibrahim terhadap berhala-berhala mereka. Ternyata apa yang telah direncanakan oleh Nabi Ibrahim mencapai sasarannya dengan tepat. Dalam pertemuan yang besar ini Ibrahim AS bermaksud menjelaskan kepada mereka akan kebodohan dan kekurangan akal mereka karena menyembah berhala-berhala tersebut yang tidak dapat menolak suatu mudarat pun dari dirinya, tidak pula dapat membela dirinya.
Mereka bertanya, “Apakah kamu yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?” Ibrahim menjawab, “Sebenarnya patung yang besar itu yang melakukannya. (Al-Anbiya: 62-63)
Setelah Nabi Ibrahim mematahkan hujah kaumnya, menjelaskan kelemahan mereka, serta menampakkan kebenaran dan menghapuskan kebatilan, maka mereka beralih membalasnya dengan menggunakan kekuasaan raja mereka, lalu mereka berkata:
Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kalian, jika kalian benar-benar hendak bertindak. (Al-Anbiya: 68)
Kemudian mereka mengumpulkan kayu bakar yang banyak sekali.
Namun, atas kuasa Allah, Ibrahim selamat dari kobaran api tanpa sedikit pun tubuhnya tersentuh api.
قُلْنَا يَانَارُ كُوْنِيْ بَرْدًا وَّسَلٰمًا عَلٰٓى اِبْرٰهِيْمَۙ
“Hai api, menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim, “mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi.(QS Surat Al Anbiya: 69)
Qatadah mengatakan bahwa pada hari itu tiada suatu hewan pun yang datang, melainkan berupaya memadamkan api agar tidak membakar Nabi Ibrahim, terkecuali tokek. Az-Zuhri mengatakan, Nabi Saw. memerintahkan agar tokek dibunuh dan beliau memberinya nama fuwaisiq.
Mengajak Ayahnya Beriman
Nabi Ibrahim yang dikenal penyantun kemudian mengajak ayahnya untuk meninggalkan patung-patung itu. “Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak dapat menolong kamu sedikit pun? Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu.
Maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah setan. Sesungguhnya setan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi setan.”
Berkata bapaknya, “Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama.” Berkata Ibrahim, “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu seru selain dari Allah, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku ” (Surat Maryam: 41-48)
Sejak itu Nabi Ibrahim AS selalu berdoa kepada Tuhannya, memohonkan ampun buat bapaknya. Ketika bapaknya meninggal dunia dalam keadaan tetap musyrik, dan hal itu sudah jelas bagi Nabi Ibrahim, maka Nabi Ibrahim mencabut kembali permohonan ampun dan berlepas diri dari perbuatan ayahnya. (Inews)