JAKARTA, HOLOPIS.COM – Kepala pembuat vaksin Covid-19 AstraZeneca dan Novavax terbesar di dunia di India mencolek Presiden AS Joe Biden lewat cuitan di Twitter, Jumat (16/4).
Dalam cuitan itu, Ketua Serum Institute (SII) Adar Poonawalla mendesak Biden untuk mencabut larangan ekspor bahan mentah yang sangat dibutuhkan untuk membuat lebih banyak vaksin virus corona.
SII adalah produsen vaksin terbesar dunia berdasarkan jumlah produksi yang dihasilkan. SII saat ini memproduksi vaksin AstraZeneca dan tengah berjuang untuk memenuhi permintaan.
Langkah yang tidak biasa Poonawalla ini menekankan embargo AS itu telah menyebabkan krisis produksi vaksin yang disediakan untuk negara-negara berkembang. Sebab, banyak dari pembuat vaksin itu yang sangat bergantung pada perusahaan untuk mendapatkan pasokan.
“Hormat @POTUS, jika kita ingin benar-benar bersatu dalam memerangi virus ini, atas nama industri vaksin di luar AS, saya dengan rendah hati meminta Anda untuk mencabut embargo ekspor bahan baku keluar dari AS agar produksi vaksin dapat meningkat,” cuit Poonawalla.

cuitan Adar Poonawalla untuk Joe Biden
cuitan Adar Poonawalla untuk Joe Biden

Belum ada tanggapan dari pemimpin AS di Twitter terkait cuitan itu.
SII mengalami kesulitan untuk memenuhi permintaan vaksin setelah India menahan izin ekspor vaksin itu untuk digunakan di dalam negeri. Saat ii, India tengah berusaha mengendalikan gelombang kedua yang ganas di negara itu.
Poonawalla mengatakan pekan lalu bahwa produksi sangat tertekan dan meminta pemerintah India untuk memberikan bantuan keuangan.
Produksi vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan AS Novavax juga mengalami hambatan karena pembatasan AS. Lewat surat kabar India, Poonawalla mengatakan bahwa embargo itu sama saja dengan melarang vaksin.
Vaksin Covid-19 telah memecahkan rekor sebagai vaksin yang paling singkat dikembangkan. Saat ini, belasan vaksin Covid-19 telah digunakan di seluruh dunia. Hal ini memaksa peningkatan produksi secara eksponensial dan kini bahan mentah semakin menipis.
SII memperoleh jatah untuk memasok 200 juta dosis ke Covax. Ini adalah organisasi yang dibentuk Organisasi Kesehatan Dunia PBB agar vaksin bisa didistribusikan secara adil ke negara-negara miskin.
Tetapi program Covax telah terhambat oleh negara-negara kaya yang memonopoli pasokan. Negara-negara kaya juga menuntut untuk mendapat vaksin.
SII mencatat pendapatan tahunan lebih dari US$800 juta pada 2019-2020. Tapi, larangan ekspor AS memaksa SII meminta bantuan keuangan kepada pemerintah India. Sebab, New Delhi membayar vaksin lebih murah dari yang diperoleh jika dijual ke luar negeri.
Sebelumnya, pada Jumat, New Delhi mengumumkan bahwa mereka akan memberikan dukungan keuangan kepada pengembang vaksin India Bharat Biotech. Perusahaan ini memproduksi vaksin Covaxin hasil pengembangan lokal di India.
Dana ini ditujukan untuk meningkatkan kapasitas produksi hingga hampir 100 juta dosis sebulan pada September. (Mhd)