KUTAI KARTANEGARA, HOLOPIS.COM – Ketua Kerukunan Bubuhan Banjar Kabupaten Kutai Kartanegara, Mukrim menilai, bahwa kepindahan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara ke Kalimantan Timur, tepatnya di Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara akan menciptakan lokasi pasar baru alias “new market place” di tanah Borneo.
“Kalau IKN Nusantara pindah ke Kalimantan, otomatis muncul new market place di Kalimantan, ini sangat bagus dalam pemerataan pembangunan ekonomi di luar Jawa,” kata Mikrim kepada wartawan, Rabu (27/4).
Alumni UIN Suka Yogyakarta tersebut menilai pula, bahwa seiring bergersernya IKN Nusantara ke Wilayah Kaltim, maka otomatis akan ada eksodus atau urbanisasi warga dari berbagai wilayah Propinsi di Indonesia ikut bergeser ke Kaltim.
“Hal ini memberi peluang terciptanya pangsa pasar baru, pasti akan ada kepentingan para konsumen yang harus bertransaksi di bidang ekonomi, ini sangat menguntungkan pelaku usaha UMKMdi Kalimantan,” tuturnya.
Tidak hanya wilayah Kaltim yang teruntungkan dengan kepindahan IKN Nusantara tersebut, Mukrim juga berpendapat bahwa wilayah Propinsi lain di Borneo, seperti Kalimantan Selatan (Kalsel), Kalimantan Tengah (Kalteng), Kalimantan Utara (Kaltara) bahkan Kalimantan Barat (Kalbar) juga akan merasakan dampaknya dari pergerakan roda ekonomi masyarakatnya. Karena masing-masing wilayah Propinsi tersebut akan menjadi penyangga dan saling terkonek antar satu dengan lainnya, dan menjadi penyangga ekonomi di wilayah Kaltim sebagai pusat new market place di Kawasan IKN.
“Wilayah Borneo ini di anugerahi sumber daya alam yang luar biasa, sangat kaya raya, ini mendukung keberadaan IKN Nusantara,” imbuhnya.
Selaku tokoh ormas kedaerahan yang tergabung di dalam Kerukukunan Bubuhan Banjar di Kabupaten Kukar, ia menilai bahwa kepindahan IKN Nusantara juga akan memberikan dampak positif yang jauh lebih baik bagi pemerataan pembangunan di luar jawa, sehingga diharapkan akan memberi peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Ia juga yakin bahwa pemerintah Jokowi dalam membangun IKN tidak akan mengabaikan unsur kearifan dan budaya lokal, justru kearifan lokal apabila dikelola dengan baik, akan menjadi daya tarik tumbuhnya destinasi wisata bagi kaum pendatang dari luar Kaltim.