JAKARTA, HOLOPIS.COM – Anggota komisi VIII DPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Iskan Qolba Lubis menilai bahwa sudah sepantasnya masyarakat mencemooh dan menghukum secara sosial para oknum pengasuh atau ustadz yang melakukan kejahatan seksual.
Hanya saja, karena pelakunya adalah oknum di lingkungan dunia pendidikan berbasis keagamaan yakni Islam, tidak boleh juga menjeneralisir seluruh pesantren yang ada. Ia khawatir narasi yang tidak tepat justru mendegradasi para pondok pesantren yang baik.
“Kita bedakan ini pesantren jumlahnya banyak, puluhan ribu dan muridnya ada ratusan dan ribuan. Tapi yang salah tetap salah, yang tidak salah jangan menjeneral begitu, bisa mereka (masyarakat) timbulkan kebencian (ke pesantren),” kata Iskan dalam dialog bersama Ruang Tamu Holopis Channel, Holopis.com, Selasa (14/12).
Ia yakin para oknum pelanggar kejahatan seksual akan dijerat dengan hukum yang adil di Indonesia. Siapapun itu bahkan dari latar belakang apapun dia. Karena ia sangat yakin, Indonesia akan menegakkan hukum dengan sangat adil.
“Di negara ini kita negara hukum, melakukan kejahatan seksual dan kalau terbukti maka akan diproses dan gak tanggung-tanggung,” ujarnya.
Secara pribadi, ia sangat menyayangkan adanya masyarakat Indonesia khususnya para pengguna internet lebih mengedepankan emosional belaka tanpa berpikir jernih, sehingga narasi dan komentar yang muncul untuk menyikapi kasus tersebut malah terkesan serampangan.
“Jangan kita hukum yang tidak bersalah. Jadi kalau mau selesaikan kekerasan seksual itu juga harus pakai pikiran jernih dan jangan emosional,” tuturnya.
Apalagi persoalan kekerasan seksual dinilai Iskan tidak berdiri sendiri, banyak sebab-sebab yang memicu, termasuk salah satunya konten-konten pornografi yang ada di internet.
Ia juga memberikan apresiasi kepada pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) yang aktif memblokir situs-situs pornografi. Pun demikian, Iskan menilai progres penutupan situs-situs asusila tersebut saat ini terkesan lamban.
“Dengan digital semakin berkembang dan semua orang bisa membuka, ini bukan kerjaan ringan. Menkominfo sendiri menutup akun-akun yang seksual itu, dulu pak Tifatul Sembiring sangat tegas tapi sekarang sangat lambat sekali,” tandasnya.