HOLOPIS.COM, JAKARTA – Turki dan Israel secara resmi telah berdamai dan akan memulihkan kembali hubungan diplomatik kedua negara yang telah lama renggang.
Dilansir dari Reuters Jumat (19/8), damainya Turki dan Israel tersebut direalisasikan dengan rencana penunjukkan kembali duta besar dari kedua negara.
Disebutkan juga bahwa Turki dan Israel akan sama-sama berkerja sama, khususnya dalam bidang energi, dimana hal tersebut jadi kunci kerjasama potensial hingga perdamaian kedua negara bisa terjalin.
Damainya kedua negara tersebut juga ditandai dengan saling berkomunikasinya para pemimpin negara beserta jajarannya, dimana Presiden Turki yakni Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Israel, Yair Lapid melakukan kontak langsung melalui panggilan telepon pada Rabu (17/8).
Dalam hal ini, Erdogan menyampaikan bahwa langkah-langkah yang diperlukan untuk menunjuk duta besar akan diambil sesegera mungkin.
Sementara, Lapid menyatakan bahwa penguatan hubungan diplomatik ini akan mengarah pada pencapaian dalam perdagangan dan pariwisata.
“Diputuskan untuk sekali lagi meningkatkan tingkat hubungan antara kedua negara menjadi hubungan diplomatik penuh dan mengembalikan duta besar dan konsul jenderal,” ucap Lapid.
“Meningkatkan hubungan akan berkontribusi untuk memperdalam hubungan antara kedua bangsa, mempeluas hubungan ekonomi, perdagangan, budaya dan memperkuat stabilitas regional,” tambahnya.
Penunjukan duta besar itu pun ditekankan oleh Mevlut Cavusoglu selaku Menlu Turki sebelumnya, dimana ia mengatakan bahwa hal ini merupakan salah satu langkah normalisasi hubungan.
“Langkah positif seperti itu datang dari Israel sebagai hasil dari upaya ini, dan sebagai Turki, kami juga memutuskan untuk menunjuk seorang duta besar untuk Israel, di Tel Aviv,” jelas Cavusoglu.
Sebagai informasi tambahan, Turki dan Israel putus hubungan diplomatik pada tahun 2018 silam, karena pembunuhan 60 warga Palestina oleh pasukan Israel.
Diketahui, ketika itu Amerika Serikat secara resmi membuka Kedutaan Besarnya di Yerusalem.
Keputusan tersebut tentu mengundang reaksi negatif dari warga Palestina, dimana terjadi protes besar-besaran, sehingga berakhir dengan penyerangan oleh pasukan Israel, yang kemudian 60 warga Palestina dilaporkan meninggal dunia.