JAKARTA – Nilai tukar rupiah mengawali perdagangan awal pekan ini dengan kinerja yang loyo. Dibuka melemah 0,2% ke posisi Rp16.473 per dolar Amerika Serikat (AS), rupiah menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam ketiga di Asia hari ini, Senin (19/5).
Tekanan terhadap rupiah datang seiring sentimen negatif dari pemangkasan peringkat utang AS oleh lembaga pemeringkat Moody’s Ratings. Situasi ini membuat investor global lebih berhati-hati dalam menempatkan dananya, khususnya di pasar negara berkembang seperti Indonesia.
Di Asia, ringgit Malaysia memimpin pelemahan dengan penurunan 0,4%, diikuti peso Filipina yang melemah 0,27%. Di belakang rupiah, mata uang seperti dolar Hong Kong, yuan offshore, dan yuan onshore juga mencatat pelemahan, meskipun tipis. Sebaliknya, yen Jepang menguat 0,39%, disusul won Korea, dolar Singapura, dolar Taiwan, dan baht Thailand.
BACA JUGA
-
Nyaris 400 Orang Ditangkap dalam Aksi Protes Imigrasi di Los Angeles
-
Donald Trump Gelontorkan Ratusan Juta Dolar Untuk Pengerahan Marinir dan Garda Nasional ke LA
-
Amerika Serikat Bakal Kurangi Jatah Anggaran Militer Untuk Ukraina
-
Donald Trump Kerahkan Marinir untuk Makin Getol Grebek Imigran Ilegal
-
Donald Trump Kirim Pasukan Garda Nasional untuk Tangani Protes Imigrasi di Los Angeles
Meski indeks dolar AS masih berkubang di zona merah di level 100,84, tekanan terhadap mata uang emerging markets tetap terasa kuat. Hal ini juga tercermin pada pasar saham domestik. Setelah mencatat reli kuat pekan lalu dengan penguatan 4,01%, laju IHSG pagi ini tertahan dan justru berbalik melemah 0,22% ke level 7.090 setelah sempat dibuka naik tipis 0,1%.
Di pasar obligasi, investor terlihat melakukan aksi beli, khususnya pada surat utang berjangka menengah hingga panjang. Yield tenor 10 tahun turun tipis 0,7 basis poin ke level 6,873%, sedangkan tenor 6 tahun turun lebih tajam sebesar 4,3 basis poin ke 6,733%. Yield tenor pendek 2 tahun justru naik 2,6 basis poin ke 6,263%.
Penurunan imbal hasil ini menunjukkan sinyalemen pasar terhadap kemungkinan pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia. Rapat Dewan Gubernur BI dijadwalkan berlangsung mulai besok hingga Rabu (20-21 Mei), dan akan menjadi perhatian utama pelaku pasar minggu ini.
Secara teknikal, rupiah dinilai masih berpotensi melanjutkan pelemahannya. Level support terdekat berada di Rp16.480 per dolar AS, dengan support kedua di Rp16.500. Jika kedua batas ini tembus, maka rupiah berisiko menuju support kuat di Rp16.610. Sementara potensi penguatan berada di resistance level Rp16.400, kemudian Rp16.380 hingga Rp16.300 per dolar AS.
Situasi global yang penuh ketidakpastian dan tekanan eksternal dari downgrade utang AS menjadi kombinasi tantangan yang cukup berat bagi rupiah. Pelaku pasar kini menanti arah kebijakan moneter Bank Indonesia untuk menakar kekuatan rupiah dalam jangka pendek.