HOLOPIS.COM, JAKARTA – Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) mengungkapkan bahwa sejumlah reaksi negatif masyarakat di awal pandemi ternyata dibuat secara sengaja.

Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan, kelompok radikalisme tersebut berusaha mendelegitimasi pemerintahan yang sah pada saat awal terjadinya pandemi COVID-19.

“Peristiwa COVID-19 ini ada dengan dibangun sebuah narasi-narasi dalam rangka mendelegitimasi pemerintahan yang sah, termasuk di Indonesia,” kata Boy dikutip dari Antara, Selasa (5/7).

Boy memaparkan, upaya itu dilakukan dengan cara mencoba memengaruhi masyarakat agar tidak ikut vaksinasi yang dilakukan pemerintah. Kelompok tersebut memunculkan narasi bahwa vaksin COVID-19 terbuat dari minyak babi dan lain sebagainya.

“Jadi diprovokasi oleh kelompok intoleran dan radikal,” ungkapnya.

Kondisi tersebut bahkan menurut Boy, tidak hanya terjadi di Indonesia namun dialami sejumlah negara di dunia. Kelompok ekstrem kanan dan ekstrem kiri bermain dan berupaya mendelegitimasi pemerintahan yang sah.

Berdasarkan data United Nation, pada saat terjadi “lockdown” karantina suatu negara atau wilayah, angka pengguna internet meningkat drastis. Di saat bersamaan, BNPT menerangkan proses radikalisasi salah satunya dilakukan melalui media sosial.

Ia menyebutkan dari 273 juta penduduk Indonesia, sebanyak 202 juta di antaranya menggunakan internet dan 80 persen dari angka itu memiliki akun media sosial. Lebih spesifik dari 80 persen tersebut, 60 persen adalah generasi milenial dan generasi Z.

“Itulah yang menjadi target kelompok teroris jaringan global,” pungkasnya.