JAKARTA, HOLOPIS.COM – Dalam survei yang dilakukan Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC (Communication & Information System Security Research Center), terungkap masalah keamanan informasi yang menyangkut pada kekuatan siber dari beberapa perbankan di Indonesia yang cukup baik dan beberapa lainnya masuk kategori sedang hingga kurang.
Adapun skor yang dipakai sebagai acuan adalah 1 sampai 100. Hasilnya, posisi tertinggi adalah BTPN dengan skor 92. BTPN memiliki skor 100 hampir di banyak aspek penunjang a.l. IP reputation, patching cadence, endpoint security hingga hacker chatter.
Kemudian, ada CommBank yang merupakan aplikasi perbankan resmi dari Commonwealth Bank memiliki sistem keamanan yang cukup kuat yakni 91. Posisi selanjutnya adalah Maybank dengan skor 80. Selanjutnya, BTN serta BNI yang mendapatkan skor 64. Lebih lanjut, bank pelat merah Bank Mandiri memiliki skor keamanan di angka 54.
Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC Pratama Persadha menjelaskan lemahnya skor keamanan Bank Mandiri dilihat dari beberapa faktor, yaitu endpoint security yang dimiliki perseroan hanya di angka 33.
Sedangkan untuk application security juga masih lemah, yakni di angka 44, serta network security sebesar 48. Pratama melanjutkan Bank Muamalat juga memiliki keamanan informasi yang rendah, yaitu di skor 47.
Tak hanya pada perbankan, Bank Indonesia (BI) juga memiliki skor keamanan sebesar 68. Jika menilik di awal 2022, Pratama menyampaikan BI sempat menjadi korban peretasan dengan perkiraan kebocoran data mencapai 3,8 terabyte.
“Untuk perbandingan, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) yang kemarin diretas itu poinnya adalah 82. Jadi kalau poinnya di bawah 82 itu saya yakin pasti hackable, itu gampang sekali untuk diretas,” kata Pratama (14/6).
Pratama mengungkapkan bahwa perbankan dan bank sentral secara default menjadi sasaran teratas para peretas.
Menurut data survei yang dikumpulkan pada 2021 oleh CSI, responden dari sektor perbankan dan keuangan menyatakan bahwa hampir 80 persen merupakan manipulasi psikologis sebagai ancaman terbesar pada 2021.
Adapun, daftar ancaman teratas adalah phishing yang ditargetkan ke nasabah. “Perkembangan kejahatan siber yang meningkat juga membawa ancaman ke berbagai sektor, mulai dari perbankan, pemerintahan, sampai manufaktur. Perbankan selalu akan dilihat pertama, karena ini adalah industri yang berjalan berdasarkan kepercayaan dan keamanan,” tuturnya.