JAKARTA, HOLOPIS.COMPresiden Jokowi melemparkan kekesalannya di hadapan para anak buahnya karena ternyata masih banyak instansi di pemerintahan pusat maupun daerah yang masih menggunakan produk impor.

Saking kesalnya, mantan Walikota Solo itu bahkan sampai menggunakan kata “Bodoh”, bukan hanya satu kali, namun sampai dengan empat kali saat berpidato di pembukaan Rakornas Pengawasan Intern Pemerintah Tahun 2022, di Istana Negara

Kekesalan pertama tersebut disampaikan Jokowi ketika menyampaikan dari nilai APBN Rp2.714 triliun dan APBD Rp1.197 triliun, sebagain besarnya ternyata masih digunakan untuk membeli produk impor.

“Seperti tadi yang disampaikan Pak Kepala BPKP, bukan produk dalam negeri, sedih. Ini uang rakyat, uang yang dikumpulkan dari pajak, baik PPn, PPh Badan, PPh Perorangan, PPh Karyawan, dari pihak ekspor, dari PNBP. Dikumpulkan dengan cara yang tidak mudah, kemudian belanjanya belanja produk impor, bodoh sekali kita,” kata Jokowi, Selasa (14/6).

“Maaf, kita ini pintar-pintar. Tapi kalau caranya seperti ini, bodoh sekali kita. Saya harus ngomong apa adanya. Ini APBN loh, ini uang APBD loh, belinya produk impor. Nilai tambahnya yang dapat negara lain, lapangan kerja yang dapat orang lain. Apa enggak bodoh kita ini?,” sambungnya.

Kekesalan Jokowi kemudian berlanjut ketika dirinya mengetahui banyak kementerian, banyak lembaga, banyak daerah tidak mau beli produk dalam negeri dengan alasan yang sebagian besar tidak sesuai spesifikasi yang dibutuhkan.

“Saya berikan contoh saja, yang mesin jahit low speed, coba dilihat. Harga impor Rp13 juta, harga dalam negeri Rp12,8 juta. Apa sih bedanya? Lebih murah, jelas. Sudah tutup mata, beli yang PDN itu. Enggak ada alasan. Jangan ada alasan yang satu warnanya merah, yang satu warnanya putih. Saya senang warna putih, enggak ada. Beli yang putih,” ungkapnya.

Kemudian, contoh lainnya mengenai nasal oxygen cannula yang digunakan sebagai pipa oksigen. Dirinya pun baru mengetahui ketika harga impor mencapai Rp8.300, jauh lebih mahal dibanding dalam negeri yang harganya Rp6.900. “Beli impor yang saya cek, beli impor. Alasannya ada saja, “Kualitasnya, Pak. Speknya enggak pas.” Kayak kita ini orang enggak ngerti masalah spesifikasi. BPKP sepert ini dicek. Pakai yang PDN ini,” tegasnya.

Contoh lainnya yang disampaikan Jokowi kemudian adalah alat mekanik impor yang harganya Rp22,9 juta sedangkan dalam negeri harganya Rp28 juta. “Beli tetap yang PDN. Jangan alasannya lebih murah yang impor, ndak, hanya terpaut sedikit. Tetap beli yang produk dalam negeri karena nilai tambah ada di dalam negeri, lapangan kerja ada di dalam negeri. Enggak ada alasan,” tandasnya.

Tak hanya itu, Jokowi juga kembali mengungkapkan kekesalannya ketika lima tahun yang lalu dirinya memerintahkan BUMN untuk melakukan pembelian pipa dalam negeri namun tidak dilakukan.

“Saya jengkel betul. Saya sudah memerinta kepada BUMN untuk beli pipa, “Enggak ada speknya di dalam negeri, Pak. Speknya ini, Pak, nomornya ini, ukurannya ini. Terpaksa kita harus impor,” paparnya kembali.

Ketika dirinya kemudian melakukan pencarian sendiri pipa tersebut di dalam negeri, dirinya pun mengaku sangat kaget ketika ternyata ada pabrik dalam negeri yang mampu menyediakan sesuai spesifikasi yang diingkan sebelumnya. Yang lebih miris, perusahaan tersebut ternyata juga sudah melakukan ekspor ke luar negeri yang kemudian dibeli kembali oleh pemerintah Indonesia.

” Lho, lho, lho, lho. Yang orang sana beli produk pipa kita, malah kita beli impor. Ini kan, sekali lagi, kita ini orang pintar-pintar, tapi melakukan hal yang sangat bodoh sekali. Maaf,” sesalnya.

Jokowi kemudian menambahkan agar anak buahnya segera melakukan perampingan daftar produk yang ada di e-katalog dan telah berjumlah 842 item.

“Dari produk di dalam e-Katalog yang sebetulnya produksi di dalam negerinya itu ada. Untuk apa itu? Coret 842 itu, drop, kalau memang produknya dalam negeri sudah ada. Untuk apa dipasang di e-Katalog? Inilah tugasnya APIP, tugasnya BPKP,” perintahnya.