Holopis.com JAKARTA, HOLOPIS.COM – Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan perkembangan ekonomi global semakin kompleks. Itu karena inflasi yang tinggi mengakibatkan daya beli masyarakat menjadi tertekan.

Hal ini sudah mulai berdampak terhadap beberapa sektor di Indonesia.

“Baru-baru ini ada penyesuaian tarif listrik misalnya untuk golongan 3000 Va karena biaya fosil terutama minyak dan batu bara ya terus mengalami kenaikan. Sehingga mau tidak mau harus ada penyesuaian tarif listrik untuk golongan tertentu. Itu imbas yang secara langsung dirasakan,” kata Bhima, Senin (13/6).

Brim memberikan contoh lain seperti minyak goreng.

Dia mengatakan sampai saat ini masalah minyak goreng belum terselesaikan, penyebabnya karena harga minyak goreng di level internasional dan minyak sawit di level internasional masih cukup mahal.

“Ada kondisi dimana spillover effect itu sudah mulai dirasakan. Tetapi sampai saat ini memang Indonesia belum mengalami inflasi setinggi negara-negara seperti Amerika Serikat atau negara-negara di Eropa,” ungkapnya.

Menurutnya, efeknya belum terasa karena biasanya ada jeda.

Jeda itu terjadi karena pengiriman bahan baku yang membutuhkan waktu berkisar tiga sampai lima bulan.

“Gandum mengalami kenaikan signifikan lebih dari 50% setahun terakhir di pasar internasional. Tapi tidak langsung berdampak terhadap harga mie instan atau harga bahan turunan gandum, tepung terigu di dalam negeri karena pengirimannya butuh waktu tiga sampai lima bulan. Jadi ada jeda pengiriman ini mungkin efeknya baru akan dirasakan inflasi pada semester ke 2,” jelasnya.

Dia menambahkan harga beberapa kebutuhan dasar seperti BBM untuk jenis Pertalite, solar dan tarif listrik untuk golongan rumah tangga menengah ke bawah itu masih di tahan oleh pemerintah. Ini yang menjadi faktor inflasi kita masih berkisar di angka 5,5%.