JAKARTA, HOLOPIS.COM Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin mengatakan, bahwa pihaknya telah membuka program beasiswa untuk pendidikan dokter spesialis.

Ia menjelaskan, program bantuan pendidikan ini merupakan bagian dari implementasi transformasi sistem kesehatan di Indonesia pilar kelima, yakni transformasi sumber daya manusia (SDM).

Menurut BGS, sapaan akrab Budi Gunadi Sadikin, pemerataan tenaga kesehatan (nakes), khususnya tenaga spesialis di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) di Indonesia saat ini masih menjadi PR tersendiri bagi pemerintah.

“Program pendidikan ini sebagai bentuk dukungan pelaksanaan transformasi SDM kesehatan untuk tercapainya pemenuhan dan pemerataan SDM Kesehatan,” kata BGS dalam keterangan pers virtual di Kanal Youtube Kemenkes, Kamis (2/6).

Selain itu, jumlah nakes spesialis di fasyankes di seluruh Indonesia, terutama untuk penyakit-penyakit kronis saat ini masih sangat kurang.

“Penyakit yang paling besar dampak nyawa dan biaya bagi masyarakat Indonesia adalah jantung, masih banyak provinsi yang tidak bisa memberikan layanan jantung di provinsi tersebut. Akibatnya kalau butuh intervensi harus diterbangkan ke daerah lain,” jelasnya.

Berangkat dari permasalahan tersebut, Kemenkes menargetkan seluruh fasyankes di tingkat provinsi bisa memberikan layanan kesehatan jantung di tahun 2024 mendatang.

Meski demikian, target ini masih menemui sejumlah kendala, salah satunya pada proses pendidikan dokter yang membutuhkan waktu bertahun-tahun.

Berdasarkan data Organisasi kesehatan dunia (WHO), rasio dokter di Indonesia terbilang masih rendah, yakni di angka 1:1000 penduduk. Sementara di negara maju, rasionya mencapai 3:1000, bahkan ada juga yang 5:1000.

Adapun jumlah dokter yang tersedia di Indonesia saat ini baru sekitar 270 ribu orang, sementara nakes yang memiliki STR dan praktik baru berjumlah 140 ribu. Artinya, masih ada kekurangan nakes sebanyak 130 ribu.