JAKARTA, HOLOPIS.COM – Otoritas kesehatan di Amerika Utara dan Eropa telah mendeteksi lusinan kasus yang diduga atau dikonfirmasi cacar monyet atau monkeypox sejak awal Mei.

Melansir CNA, Kamis (19/5), ini pun memicu kekhawatiran penyebaran penyakit endemik di beberapa bagian Afrika.

“Kita harus lebih memahami cacar monyek di negara-negara yang sudah menghadapi endeminya, untuk benar-benar mengerti bagaimana virus ditularkan, dan risiko orang yang terkena, serta risiko virus tersebut terekspor,” demikian dikatakan Epidemiolog penyakit menular Dr. Maria Van Kerkhove.

Kanada menjadi negara terbaru yang melaporkan belasan kasus yang dicurigai cacar monyet, setelah Spanyol dan Portugal mendeteksi lebih dari 40 kasus.

Inggris telah mengonfirmasi 9 kasus sejak 6 mei, sementara itu Amerika Serikat melaporkan kasus pertamanya pada hari Rabu (18/5).

Cacar monyet, yang mayoritas terdeteksi di Afrika barat dan tengah, adalah infeksi virus yang mirip dengan cacar manusia, tetapi versi lebih ringan.

Kasus cacar monyet pertama kali terdeteksi di Republik Demokratik Kongo tahun 1970an.

Pengidap penyakit ini akan sembuh dalam waktu beberapa minggu, dan hanya menjadi fatal di kasus langka.

Gejala yang dirasakan pun seperti gejala flu, yaitu demam, nyeri otot, pembengkakakn kelenjar getah bening.

Ada Kecurigaan Penyakit Ini Menyebar di Antara Kaum LGBT

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, pihaknya sedang menginvestigasi kasus di mana banyak pasien yang merupakan pencinta sesama jenis, biseksual, atau pria yang berhubungan intim dengan pria.

“Kami melihat penularan antara sesama pria yang berhubungan seksual,” kata Asisten Direktur Jenderal WHO, Dr. Soce Fall.

Ia menambahkan bahwa informasi baru ini perlu diinvestigasi secara mendalam untuk memahami penularan lokal yang dinamis di Inggris dan negara-negara lain.