JAKARTA, HOLOPIS.COM Aktivis Tionghoa, Lieus Sungkharisma, mengecam tindakan warganet dengan akun Twitter bernama Hasansamuda yang mengaku senang kalau peristiwa tragedi Mei 1998 terulang lagi. Bahkan, akun itu juga mendoakan agar tragedi ’98, di mana sejumlah toko milik WNI keturunan Tionghoa dibakar massa, terulang kembali dan lebih kejam 100 kali lipat dari tragedi 1998.

Kicauan ini viral usai diunggah pengguna Twitter Bambangmulyono2, pada Senin 9 Mei 2022 itu.

Lieus Sungkharisma tak menyangka setelah 24 tahun reformasi berjalan masih ada orang yang belum melek sejarah dan terus melakukan perbuatan yang menghasut rakyat.

“Orang ini jelas salah satu dari warga negara yang tak mau belajar dari sejarah. Sudah buta mata hati dan nuraninya,” sesal Lieus, Rabu (11/5).

Menurut Lieus, orang seperti itu memang harus disadarkan dan dibina. Karena di zaman pemerintah dan semua elemen bangsa sedang berusaha keras merajut kembali persatuan dan kesatuan bangsa, tetiba muncul ada orang yang justru berdoa agar toko-toko milik warga Tionghoa dibakar.

Lieus juga menyayangkan pemilik akun Hasansamuda itu menggunakan profil dirinya dengan foto yang menggunakan topi bertuliskan kalimat tauhid.

“Ini jelas bisa menimbulkan imej buruk terhadap orang Islam. Seolah-olah orang Islam menghendaki kerusuhan seperti Mei 98 terulang lagi,” tukas Lieus.

 

Lieus berpendapat, walau menggunakan topi bertuliskan kalimat tauhid, orang bernama Hasansamuda tersebut bukan pemeluk Islam yang benar.

“Kalau dia benar-benar pemeluk Islam yang paham ajaran agamanya, dia pasti tidak akan berdoa seperti itu,” tambah Lieus.

Lieus mencurigai, topi tauhid yang dikenakan Hasansamuda itu hanya kamuflase saja. Tujuannya, memang untuk mengadu domba agar tercipta imej buruk terhadap umat Islam.

“Setahu saya, pemeluk Islam yang benar tidak akan pernah berdoa untuk keburukan,” jelas Lieus yang kerap ikut aksi bela Islam.

Oleh karena itu, agar jelas siapa sesungguhnya pemilik akun twitter bernama Hasansamuda itu, Lieus meminta aparat kepolisian segera bertindak dengan menangkap orang tersebut.

“Dia telah menyebarkan kebencian dan memprovokasi rakyat. Jangan sampai masyarakat yang lebih dulu bertindak,” pintanya.

Meski cuitan atas nama akun Hasansamuda itu sudah dihapus dan mendadak hilang dari twitter, Lieus tetap berharap orang-orang seperti Hasansamuda itu harus dibina agar bisa menjadi pembelajaran bagi yang lain agar tidak mudah mencuit atau memposting hal-hal yang bisa mengundang amarah rakyat.

“Saya tidak tahu apakah cuitan Hasansamuda itu murni datang dari dirinya, atau ada pihak lain yang mendalanginya. Yang pasti polisi harus menangkap orang ini agar bisa dibina. Orang-orang seperti ini harus diberitahu kebenaran sejarah sehingga tidak asal ngebacot,” pungkas Lieus.