JAKARTA, HOLOPIS.COM – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit Hepatitis Misterius yang menyerang anak-anak.
Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO), tercatat lebih dari 170 kasus Hepatitis Misterius yang belum diketahui penyebabnya dilaporkan oleh lebih dari 12 negara di dunia sejak 15 April 2022.
Di Indonesia sendiri, sudah ada laporan 3 anak meninggal dunia diduga karena penyakit tersebut dalam dua minggu terakhir ini. Ketiganya merupakan pasien RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo (RSCM) Jakarta.
Adapun gejala yang ditemukan pada pasien-pasien ini adalah mual, muntah, diare berat, demam, kuning, kejang dan penurunan kesadaran.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr Siti Nadia Tarmizi menjelaskan, pihaknya hingga kini belum mengetahui pasti penyebab penyakit Hepatitis Misterius tersebut.
Ia mengatakan, pihaknya hingga kini masih melakukan investigasi terhadap penyakit yang menyerang anak-anak usia 11 bulan-5 tahun itu.
“Selama masa investigasi, kami menghimbau masyarakat untuk berhati-hati dan tetap tenang. Lakukan tindakan pencegahan seperti mencuci tangan, memastikan makanan dalam keadaan matang dan bersih, tidak bergantian alat makan, menghindari kontak dengan orang sakit serta tetap melaksanakan protokol kesehatan,” kata Nadia seperti dikutip dari laman Kemenkes, Selasa (3/5).
Nadia meminta para orang tua untuk segera membawa anaknya ke fasilitas layanan kesehatan terdekat, jika anak-anak memiliki gejala kuning, sakit perut, muntah-muntah dan diare mendadak, buang air kecil berwarna teh tua, buang air besar berwarna pucat, kejang, penurunan kesadaran.
Perlu diketahui, WHO telah menyatakan kasus Hepatitis Misterius ini sebagai kejadian luar biasa (KLB). Sejak saat itu, jumlah laporan terus bertambah. Tercatat lebih dari 170 kasus dilaporkan oleh lebih dari 12 negara.
Sebelumnya, pemeriksaan laboratorium di luar negeri telah dilakukan. Namun virus hepatitis mendasar, baik tipe A, B, C, D dan E tidak ditemukan sebagai penyebab dari penyakit tersebut.
Para pakar medis di luar negeri justru mendeteksi Adenovirus pada 74 kasus setelah dilakukan tes molekuler, teridentifikasi sebagai F type 41.
Selain Adenovirus, infeksi SARS-CoV-2 juga ditemukan pada 20 kasus, sedangkan 19 kasus terdeteksi adanya kombinasi virus dari keduanya.