JAKARTA, HOLOPIS.COM Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) sekaligus dosen Monash University di Australia, KH Nadirsyah Hosen mengatakan, bahwa penggunaan kata pribumi di dalam pidato Anies Baswedan di Balaikota DKI Jakarta pasca dilantik sebagai Gubernur adalah pilihan diksi yang salah.

Karena faktanya, diksi tersebut bisa lebih dimaknai sebagai konten rasisme pertama Anies Baswedan saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta saat itu untuk lima tahun ke depan.

Inilah yang membuat Gus Nadir, sapaan Nadirsyah Hosen untuk menasihati loyalis Anies Baswedan sekaligus anggota Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) Komite Pencegahan Korupsi, Tatak Ujiyati.

“Mbak @tatakujiyati soal ini @aniesbaswedan keliru. Pilihan diksi “pribumi” saat pidatonya itu memecah anak bangsa. Konteksnya, dia baru saja menang Pilkada melawan Ahok yang dianggap non-pribumi,” kata Gus Nadir, Sabtu (30/4).

Ia menyarankan jika memang tujuannya bukan untuk menjadi pembenar semata apa yang dilakukan oleh atasannya itu, Gus Nadir menyarankan agar alumnus Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM) itu bisa memperbaiki komunikasi Anies agar tidak lagi melakukan kesalahan sejenis.

“Kalau Anies salah, ya akui dan perbaiki. Bukan dibela terus, Mbak. Anies gak ma’shum,” tegasnya.

Sebelumnya, Tatak Ujiyati mempertanyakan apakah diksi pribumi adalah sebuah kesalahan. Dikatakan dia lagi, bahwa diksi itu diambil untuk memberikan penekanan bahwa ia akan memimpin para rakyat kecil yang terpinggirkan.

“Apakah kata pribumi itu rasis? Cek definisi pribumi. Kata pribumi yang diucapkan Anies justru sebagai penekanan bahwa selama menjabat Anies akan melindungi rakyat kecil yang terpinggirkan. Terbukti itu yang dia lakukan selama memimpin Jakarta kan,” kata Tatak.

Lantas apa makna asli dari Pribumi?. Jika merujuk pada Kitab Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pribumi adalah penghuni asli; atau orang yang berasal dari tempat yang bersangkutan.

Dalam pemahaman lebih luas, adalah masyarakat yang merupakan keturunan penduduk awal dari suatu tempat, dan telah membangun kebudayaannya di tempat tersebut dengan status asli (indigenous) sebagai kelompok etnis yang bukan pendatang dari daerah lainnya.