JAKARTA, HOLOPIS.COM Presiden Jokowi mengakui bahwa pemerintah memerlukan hal yang baru untuk pengelolaan dana investasi pembangunan sejumlah infrastruktur di Indonesia.

Jokowi mencontohkan, dari pengalaman terdahulu, pengelolaan pembangunan jalan tol yang dilakukan oleh BUMN maupun swasta tidak bisa berjalan dengan maksimal. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu kemudian mengkambinghitmkan persoalan pembiayaan menjadi tidak maksimalnya pembangunan infrastruktur tersebut.

“Saya lihat problemnya adalah selalu pembiayaan. Tidak mencari alternatif-alternatif pembiayaan. Ketergantungan pada APBN. Ketergantungan pada keuangan yang dimiliki oleh BUMN-BUMN kita atau diserahkan kepada swasta, yang juga ternyata dalam sekian tahun juga tidak berjalan dengan baik,” kata Jokowi, Kamis (14/4).

Oleh karena itu, Jokowi mengklaim penandatangan Perjanjian Induk atau Head of Agreement (HOA) antara Indonesia Investment Authority (INA) dengan Hutama Karya dan Konfirmasi Dimulainya Transaksi INA dengan Waskita Karya melalui Waskita Toll Road menjadi sebuah jawaban pembangunan infrastruktur yang lancar.

“Hari ini saya sangat senang telurnya pecah, sudah ditandatangani tadi nilainya kurang lebih Rp39 triliun lebih. Ini akan memberikan efek kepercayaan/trust dari domestik maupun dari internasional, terhadap cara-cara pengelolaan keuangan kita, manajemen yang kita harapkan nanti governance yang ada di INA, tata kelola yang ada di INA betul-betul memang bisa menumbuhkan sebuah trust/kepercayaan dari internasional maupun domestik,” klaimnya.

Mantan Walikota Solo itu pun masih berambisi bahwa pembangunan infrastruktur merupakan hal yang penting untuk meningkatkan daya saing produk Indonesia dalam berkompetisi dengan negara lain. Jika sebelumnya dalam kurun waktu 40 tahun Indonesia hanya mampu membangun 780 kilometer jalan tol, sejak tahun 2014 pemerintah terus mengakselerasi pembangunan jalan tol tak hanya di Jawa, tetapi juga di Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi.

Dengan peluncuran INA, sebagai alternatif skema pembiayaan yang dapat digunakan dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia, Jokowi sesumbar ini akan menimbulkan multiplier effect bagi perekonomian Indonesia.

Kerja sama investasi yang dilakukan oleh INA dengan Hutama Karya dan Waskita Karya mencakup investasi pada proyek di Jalan Tol Trans-Sumatra dan Jalan Tol Trans-Jawa. Presiden merasa senang dengan adanya kerja sama ini, terutama mengingat kebutuhan anggaran untuk merampungkan Jalan Tol Trans-Sumatra dari Lampung sampai ke Aceh sejauh 2.900 kilometer sangat besar.

“Kebutuhan anggarannya berapa? Gede sekali. Dan saya senang hitung-hitungan terakhir yang Bakauheni sampai Terbanggi Besar, Terbanggi Besar sampai ke Kayu Agung, IRR-nya (internal rate of return) sudah mencapai, mungkin 9 sampai 10 (persen), betul Pak Ridha? Dan yang di Jawa kalau di Jawa biasanya 12, 13 (persen) sudah pasti dapat,” bebernya.

Ditambahkan Jokowi, kombinasi investasi di Jalan Tol Trans-Jawa dan Trans-Sumatra bisa diterima secara bisnis oleh INA. Presiden berharap, skema dan model pembiayaan serupa akan terus dikembangkan sehingga kepercayaan investor akan tumbuh dan makin banyak investor yang berinvestasi lewat INA.

“Kepercayaan itu akan muncul setelah telur ini pecah. Insyaallah akan makin besar investor-investor yang akan masuk ke Indonesia lewat INA, bukan hanya jalan tol tetapi untuk proyek-proyek besar yang memberikan efek ekonomi terhadap negara kita,” klaimnya kembali.