Holopis.com Jakarta, HOLOPIS.COM – Pemicu dari kegaduhan perpanjangan dan masa jabatan presiden tiga periode adalah Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan yang masih menolak untuk membuka big data soal mayoritas setuju penundaan pemilu.

Ketua BEM UI Bayu Satria Utomo menilai, Luhut hanya berani bermain argumentasi karena terus menolak membuka big data.

“Pak Luhut hanya berani menyampaikan argumen penundaan pemilu dengan mengatakan memiliki big data 110 juta, tetapi tidak membukanya,” ujar Ketua BEM UI Bayu Satria, Rabu (13/4).

Tentunya, kata Bayu, ketidakberanian Luhut membuat publik semakin ragu soal big data yang dimilikinya itu. Dia menduga big data Luhut tidak pernah ada.

“Saya juga ragu kalau big data itu ada, bisa jadi tidak ada,” imbuh Bayu.

Untuk itu, Bayu menganggap Luhut tidak pantas menghadiri forum akademik di universitas lagi. Pada kesempatan kemarin, Luhut mengisi kuliah umum tentang penanganan COVID-19 hingga soal pemulihan perekonomian negara.

“Perdebatan kemarin menunjukkan bahwa Pak Luhut tidak pantas hadir dalam forum akademik di universitas,” tegas Bayu.

Sebagaimana diketahui, Luhut Binsar Pandjaitan didemo BEM UI saat mengisi kuliah di UI. Luhut pun mendatangi mahasiswa.

Momen itu terjadi setelah Luhut mengisi kuliah umum. Seusai kuliah umum di gedung Balai Sidang UI, Luhut mendatangi mahasiswa yang ada di depan gedung.

Awalnya, mahasiswa meminta Luhut menyatakan secara tegas menolak wacana penundaan pemilu dan perpanjangan jabatan presiden.

Luhut mengatakan dirinya tak pernah minta masa jabatan presiden menjadi 3 periode.

“Saya tidak pernah mengatakan presiden 3 periode. Yang pernah saya katakan, banyak di bawah itu minta pemilu ditunda. Kamu ngomong gini salah? Nggak kan,” kata Luhut kepada mahasiswa UI, Selasa (12/4).

Mahasiswa lalu meminta bukti kepada Luhut, termasuk membuka big data yang menyatakan masyarakat menginginkan pemilu ditunda.

Luhut mengatakan dirinya punya hak untuk tidak membagikan big data yang diucapkannya tersebut. Dia meminta mahasiswa untuk belajar berdemokrasi.

Mahasiswa terus mendesak Luhut membuka dan mempertanggungjawabkan big data yang pernah diucapkannya. Luhut mengatakan mahasiswa tak punya hak mendesak dirinya membuka big data tersebut.

“Dengerin kamu, Anak Muda, kamu nggak berhak juga nuntut saya, karena saya juga punya hak untuk memberi tahu,” tukas Luhut.