JAKARTA, HOLOPIS.COM – Koalisi Arab pada Selasa (29/3) kabarnya telah mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan semua operasi militer terhadap milisi Houthi yang didukung Iran di Yaman selama bulan ramadhan.
Dilansir dari Al Arabiya News Rabu (30/3), penghentian operasi militer Koalisi Arab terhadap milisi Houthi tersebut dikatakan langsung oleh Juru Bicara (Jubir) Koalisi Arab yakni Brigjen Jenderal Turki Al-Malki.
“Dengan tujuan menciptakan kondisi menguntungkan yang diperlukan untuk konsultasi yang berhasil dan lingkungan yang menguntungkan selama Bulan Suci Ramadhan untuk berdamai, dan mencapai keamanan dan stabilitas di Yaman, Komando Pasukan Gabungan Koalisi dengan ini mengumumkan penghentian operasi militer di Yaman mulai pada pukul 6.00 Rabu, 30 Maret 2022, atas permintaan Yang Mulia,” ujarnya.
“Ini berada di bawah konteks upaya dan inisiatif internasional yang diperjuangkan oleh Utusan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Yaman dan Inisiatif Saudi untuk mencapai resolusi politik yang komprehensif untuk mengakhiri konflik Yaman,” tambahnya.
Dalam hal ini Koalisi Arab menegaskan kembali bahwa posisinya jelas mendukung pemerintah Yaman yang diakui secara internasional.
Pernyataan Koalisi Arab itu pun diumumkan tepat beberapa jam setelah Sekretaris Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) Dr. Nayef Al-Hajraf menyerukan penghentian operasi militer bertepatan dengan pembicaraan damai yang diadakan di Arab Saudi.
Dapat diketahui bersama sebelumnya, Arab Saudi dilaporkan telah membuka pembicaraan damai pada hari Selasa kemarin ketika PBB dan Amerika Serikat berdiskusi untuk mencapai gencatan senjata antara pemerintah Yaman dan milisi Houthi yang didukung Iran.
Utusan khusus Amerika Serikat untuk Yaman itu sendiri yakni Tim Lenderking dikabarkan telah tiba dan langsung memimpin upaya diplomatik AS untuk memajukan resolusi yang tahan lama dan inklusif untuk konflik di Yaman dan segera mengantarkan bantuan kepada rakyat Yaman.
Terkait hal ini, Houthi kabarnya menolak untuk hadir dalam pembicaraan tersebut dan dilaporkan telah berulang kali menolak pembicaraan damai selama beberapa tahun terakhir.