JAKARTA, HOLOPIS.COM – Banyaknya korban bisnis atas nama investasi masih marak terjadi di Indonesia. Beberapa diantaranya adalah korban bisnis afiliator binary option seperti Binomo dan Quotex yang menyeret dua anak muda, yakni Indra Kesuma alias Indra Kenz dan Doni Muhamad Taufiq alias Doni Salmanan.
Situasi ini pun direspon oleh Founder dan CEO Astronacci International, Gema Goeyardi. Ia mengatkan kepada masyarakat bahwa bisnis investasi bukan perkara mudah. Jika salah dalam mengambil tindakan, apalagi sampai benar-benar tidak paham tentang bisnis ini, maka potensi kerugian sangat terbuka lebar, termasuk juga menjadi korban penipuan.
“Saya survei juga, mereka (korban investasi) ini berpindah dari situasi (ekonomi terdampak) covid, mereka berpindah bahwa seolah (investasi) ini adalah jalan satu-satunya (memperbaiki situasi) lalu mereka dagang crypto, dagang saham, ya nggak selesai,” kata Gema dalam dialog RuangTamu Holopis Channel, Rabu (16/3).
Gema mengimbau kepada masyarakat agar jangan gegabah mengambil opsi untuk terjun ke bisnis investasi jika masih merasa awam. Langkah pertama adalah mempelajari terlebih dahulu apa itu investasi dan bagaimana menjalankan bisnisnya dengan baik dan tepat.
“2 tahun lalu di channel youtubenya Astronacci International, juga saya sudah mengingatkan bahwa ini adalah sebuah praktik perjudian yang dibungkus dengan instrumen keuangan, dan hasilnya saya di-bully habis-habisan,” ujarnya.
Mengapa literasi ini penting, karena jangan sampai masyarakat terjebak dalam situasi yang sebenarnya tidak mereka pahami. Apalagi hanya karena tertarik dengan tawaran bisnis yang menjanjikan keuntungan besar dalam waktu singkat.
Ditegaskan Gema, jika ada siapapun yang menjanjikan akan ada keuntungan tetap dengan jumlah yang besar di dalam bisnis investasi, ia meminta agar masyarakat tidak usah mempercayainya, karena bisa dipastikan bahwa tawaran itu adalah bohong dan tujuannya adalah menipu.
“Ketika influencer-influencer mulai menjanjikan segala sesuatu pengelolaan dana dengan keuntungan besar dan pasti, sementara asetnya adalah aset yang berisiko atau non fixed income tapi mereka bisa menjamin (keuntungan), misal 1 persen per hari itu besar sekali lho, atau 20 persen sebulan, itu adalah salah satu bentuk penipuan,” tegasnya.
Selain itu, Gema juga mewanti-wanti kepada masyarakat luas, agar jangan pula mudah percaya hanya dengan modal sertifikasi atau legal standing yang ditunjukkan oleh influencer atau pihak-pihak yang menawarkan bisnis investasi. Menurutnya, dokumen legal tidak bisa menjadi acuan utama bahwa bisnis tersebut tepat dijalankan.
Gema mengingatkan bahwa skema bisnis yang ditawarkan harus benar-benar menjadi pertimbangan utama bagi masyarakat.
“Menjanjikan sesuatu yang pasti dengan jumlah besar, kemudian instrumen investasinya tidak sesuai dengan literasi-literasi pada umumnya, ini bahaya. Jadi bukan masalah legal atau tidak legal,” tutur Gema.
Terakhir, Gema memperingatkan kepada masyarakat bahwa bisnis investasi bukan perkara mudah, murah apalagi bisa mendatangkan keuntungan besar secara instan. Bisnis ini memerlukan literasi yang tinggi dari para pelakunya, sehingga mereka bisa menjalankan bisnis tersebut dengan baik, benar dan tepat.
“Segala sesuatu yang tidak masuk akal harus diwaspadai. Sebab, literasi keuangan itu harus dibina. Karena ini market bukan tempat pesugihan, seperti bertapa di gunung kawi, inilah budaya yang menjerumuskan,” pungkasnya.