JAKARTA, HOLOPIS.COMSejumlah massa yang mengatasnamakan diri Gerakan Satu Padu Lawan Koruptor (SAPU) menggelar aksi unjuk rasa di depan gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Setia Budi, Jakarta Selatan.

Dalam aksinya, mereka mendesak agar KPK segera mengumumkan hasil pemeriksaan kasus dugaan korupsi Formula E secara berkala kepada masyarakat Indonesia.

“KPK harus transparan soal penanganan kasus Formula E, masyarakat perlu tahu progresnya seperti apa,” kata koordinator aksi, Daud dalam orasinya, Rabu (9/3).

Kemudian, Daud juga menyoroti tentang penambahan anggaran pembangunan sirkuit yang dinilai menambah daftar panjang kejanggalan pengelolaan anggaran dalam giat ajang balap mobil listrik di Jakarta itu.

“Proyek Formula E ini dari awal sudah banyak masalah, mulai dari mencla-mencle komitmen fee, diduga korupsi, pengerjaannya molor dari target awal. Dan sekarang proses pembuatan sirkuit di Ancol jadi membengkak Rp10 M,” ujarnya.

Dengan berbagai persoalan yang muncul dari proyek kebanggaan Anie Baswedan itu, Daud menduga pada saatnya akan terjabarkan dengan utuh kejanggalan demi kejanggalannya.

“Tunggu bom waktu aja nanti,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Daud menyayangkan jika uang rakyat yang dikeluarkan oleh Pemprov DKI Jakarta itu tidak digunakan dengan perencanaan yang matang, sehingga terjadi pembengkakan yang luar biasa besar.

Sekedar diketahui pula, bahwa aksi kelompok tersebut tidak hanya berlangsung di KPK saja, akan tetapi dilakukan pula di depan gedung Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) DKI Jakarta di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan.

Oleh karena itu, Daud menegaskan bahwa pihaknya meminta kepada KPK dan BPK DKI Jakarta agar menelusuri adanya pembengkakan anggaran pembuatan sirkuit Formula E.

“Proyek yang tidak dirancang dengan baik tersebut yang cenderung dipaksakan tersebut bakal jadi masalah besar. Dan kami pastikan berpotensi penyelewengan anggaran,” tandasnya.

“KPK jangan main-main, ini persoalan mudah untuk ungkap dugaan korupsi. BPK DKI bantu KPK, jangan takut kalian diancam pecat, selamatkan uang rakyat. Buka datanya secara transparan,” tambah Daud.

Terakhir, Daud berharap penyidik lembaga antirasuah tidak lambat dalam menangani dugaan kasus korupsi Formula E, yakni sesegera mungkin untuk mengumumkan kepada publik, karena masyarakat Jakarta sangat menantikan perkembangan pemeriksaan yang sedang digarap KPK.

“Wujudkan Indonesia, khususnya Jakarta bebas dari korupsi. KPK harus dalami potensi unsur melawan hukum dan atau penyalahgunaan wewenang dalam bentuk kesalahan prosedur yang bertentangan dengan mekanisme perencanaan, penggunaan keuangan negara dalam anggaran formula E secara menyeluruh,” ucapnya.

“Pembengkakan anggaran Rp10 M hanyalah satu indikasi adanya kesalahan prosedur dalam sistem perencanaan anggaran formula E,” pungkasnya.

Diketahui, per tanggal 6 Maret, progres pembangunan yang sudah mulai dilakukan pengaspalan sirkuit ini mencapai 52 persen. Pengerjaan sirkuit dibagi menjadi 5 zona. Zona yang paling sulit dikerjakan adalah zona 5. Zona yang terletak di sisi paling timur kawasan Ancol ini mencakup 40 persen dari pengerjaan sirkuit. Pun demikian, pembangunan sirkuit Formula E tersebut saat ini masih berlangsung.

Sementara itu, penanggung jawab konstruksi Formula E PT Jaya Konstruksi, Ari Wibowo mengaku biaya konstruksi trek di kawasan Ancol ini bertambah Rp10 miliar.

Ari menjelaskan penyebab membengkaknya biaya pengerjaan sirkuit Formula E. Ia menjelaskan, ada pekerjaan tambahan yang tidak masuk dalam prediksi Jakpro dan Jaya Konstruksi, yakni pengerasan tanah yang lunak.

“Ada pekerjaan yang bisa dilihat, ada yang unseen (tidak terlihat). Misalnya di dalam tanah ini ada tanah lunak berapa meter, lunaknya seperti apa. Itu kan unseen,” ungkap Ari pada Minggu (6/3).

“Jadi, yang unseen itu akhirnya menjadi prioritas, diperkirakan. Ternyata yang unseen yang enggak terlihat itu lebih berat,” tambahnya.