JAKARTA, HOLOPIS.COM Provinsi DKI Jakarta berpotensi masih akan diterjang bencana angin kencang seperti yang telah terjadi pada Minggu (6/3) hingga mengakibatkan sejumlah gedung rusak dan pohon tumbang, serta menimbulkan korban.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto mengatakan,prediksi fenomena cuaca ekstrem masih dapat berlangsung hingga bulan April mendatang.

“Penyebab angin kencang lantaran adanya dinamika atmosfer di Samudra Hindia wilayah Sumatera hingga Selatan Bali. Kondisi ini meningkatkan pertumbuhan awan hujan dan sirkulasi siklonik di wilayah Jabodetabek hingga Jawa Barat,” kata Guswanto, Senin (7/3).

Guawanto menjelaskan, berdasarkan pantauan citra radar dan citra satelit, kejadian angin kencang di wilayah Jabodetabek dipicu oleh sistem awan konvektif seperti jenis Cumulonimbus (Cb) yang bergerak dari wilayah barat Banten ke arah timur menuju wilayah Jabodetabek dengan dimensi sistem awan yang memanjang dari utara ke selatan.

“Awan itu menimbulkan hembusan angin yang cukup kencang hingga menyebabkan hujan di wilayah Banten dan Jabodetabek,” imbuhnya.

Keberadaan sistem awan konvektif yang bergerak dari arah barat tersebut, selain menimbulkan hembusan angin yang cukup kencang, juga menyebabkan terjadinya hujan di wilayah Banten dan Jabodetabek dengan durasi yang beragam ringan hingga lebat dalam durasi singkat seperti yang terlihat dari citra radar cuaca.

Menyikapi potensi tersebut Kepala BPBD Provinsi DKI Jakarta, Isnawa Adji mengatakan, pihaknya secara intensif berkoordinasi dengan perangkat daerah terkait seperti Dinas Pertamanan dan Hutan Kota, Dinas Gulkarmat, dan aparat Kelurahan untuk mengantisipasi potensi terjadinya cuaca ekstrem yang dapat menyebabkan angin kencang dan pohon tumbang.

“Terdapat 42 pohon tumbang, 2 bangunan roboh, 2 korban luka berat, serta 5 korban luka ringan. Korban juga segera dievakuasi ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Lokasi-lokasi terdampak angin kencang pun sudah ditangani oleh perangkat daerah terkait untuk membersihkan puing-puing reruntuhan pohon maupun bangunan yang roboh,” ujar Isnawa.