JAKARTA, HOLOPIS.COM – Lembaga Moneter Dunia atau International Monetary Fund (IMF) mengatakan bahwa konflik berkepanjangan yang berujung perang antara Rusia dan Ukraina berdampak parah terhadap ekonomi global.
Menurutnya, negara dengan hubungan ekonomi yang dekat dengan Rusia berpotensi mengalami gangguan pasokan.
“Perang yang sedang berlangsung dan sanksi terkait juga akan berdampak parah pada ekonomi global,” jelas IMF seperti dikutip dari CNN Internasional, Minggu (6/3).
Tak hanya menimpa negara dengan hubungan bilateral, IMF juga mengatakan perang Rusia-Ukraina juga berdampak pada harga energi dan gandum melonjak, yang tentunya akan menambah efek inflasi dari pandemi dan gangguan rantai pasokan global.
“Kejutan harga akan berdampak di seluruh dunia, khususnya pada rumah tangga miskin di mana makanan dan bahan bakar merupakan proporsi pengeluaran yang lebih tinggi,” ujar lembaga itu.
“Jika konflik tersebut meningkat, maka kerusakan ekonomi semakin hancur,” terangnya.
Keadaan semakin diperburuk dengan membanjirnya sanksi ekonomi yang dijatuhkan negara barat kepada Rusia. IMF mengatakan, efek pemberian sanksi tersebut akan meluas ke negara lain.
Peringatan serupa juga disampaikan oleh Bank Dunia (World Bank). Perang dua negara itu menjadi bencana dunia yang memotong pertumbuhan ekonomi global, terkait inflasi tinggi yang terjadi di sebagian besar negara dunia.
Dengan meledaknya konflik Rusia-Ukraina yabg berujung perang, membuat angka inflasi semakin parah lantaran harga pangan yang makin mahal dan pasokan pun langka.
“Perang di Ukraina datang pada saat yang buruk bagi dunia karena inflasi sudah meningkat,” ujar Presiden Bank Dunia David Malvas.
Selain itu, lanjut IMF, otoritas moneter di seluruh dunia harus lebih berhati-hati dalam memonitor kenaikan harga di negara mereka. Kebijakan juga harus diimplementasikan untuk melindungi ekonomi dalam negeri yang rentan untuk saat ini.
Sementara untuk Ukraina, IMF mengatakan negara itu akan menghadapi biaya rekonstruksi yang signifikan. Organisasi itu mengatakan Ukraina punya US$2,2 miliar hingga Juni dari pengaturan siaga yang disetujui sebelumnya.