JAKARTA, HOLOPIS.COM Ketua umum Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia ’98 (PPMI 98) Abdul Hakim Abdallah mengutuk keras pernyataan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas yang menyamakan suara dari toa masjid dan musholla dengan gonggongan Anjing.

“Pernyataan tersebut sama saja dengan menghina agama Islam, karena adzan merupakan panggilan suci bagi umat Islam di belahan dunia manapun,” kata Abdul Hakim dalam keterangannya yang diterima Holopis, Jumat (25/2).

Salah satu presidium GEKANAS itu menganggap bahwa sebagai menteri yang membidangi keagamaan, Yaqut Cholil Qoumas seharusnya menjaga kenyamanan serta keamanan antar umat beragama.

“Jangan malah menyudutkan agama tertentu yang salah satu tata cara beribadahnya dianggap sebagai suatu gangguan,” ujarnya.

Kemudian, Abdul Hakim pun menegaskan bahwa pernyataan Menag Yaqut tersebut sudah tidak lagi bisa dimaafkan dengan alasan apapun, karena pernyataan tersebut sudah sangat melukai hati dan perasaan umat Islam di seluruh Indonesia.

“Sebagai seorang Menteri, apakah Yaqut sangat tidak paham dengan apa yang harus dilakukan oleh dirinya agar kerukunan antar umat beragama dapat dibangun secara harmonis,” tandasnya.

Abdul Hakim pun mengungkapkan jika dirinya pun sangat heran terhadap keputusan presiden Jokowi yang menunjuk Yaqut Cholil Qoumas sebagai menteri agama. Karena kegaduhan semacam ini tidak hanya sekali dilakukan oleh Ketua Umum GP Ansor NU tersebut, akan tetapi beberapa kali, dan salah satunya adalah tentang Kemenag adalah hadiah negara untuk NU.

Atas dasar itu semua, ia pun mendesak kepada Presiden Joko Widodo untuk memecat Yaqut Cholil Qoumas sebagai Menteri Agama karena dikhawatirkan akan mengganggu kinerja pemerintahan saat ini karena kegaduhan yang diciptakan oleh Menag tersebut.

“Kami mendesak Presiden Jokowi untuk memecat Menteri Agama Yaqut Cholil Coumas secara tidak hormat karena telah melukai hati umat Islam di seluruh Indonesia dengan pernyataannya,” tegasnya.

Kemudian, ia juga memuntut agar Yaqut meminta maaf secara terbuka kepada umat Islam karena dianggap statemennya itu telah melukai hati muslimin khususnya di Indonesia.