JAKARTA, HOLOPIS.COM – Direktur eksekutif Studi Demokrasi Rakyat (SDR) Hari Purwanto merasa heran mengapa Indonesia Corruption Watch (ICW) nyinyir dengan peran Ardina Safitri yang menciptakan lagu mars dan hymne KPK.
“ICW yang selama ini mengklaim sebagai LSM anti korupsi kok menjadi nyinyir terhadap kontribusi yang diberikan oleh seorang warga negara Indonesia untuk memperkuat KPK,” kata Hari dalam keterangannya, Sabtu (19/2).
Menurutnya, lagu ciptaan Ardina yang notabane adalah istri Ketua KPK Irjen Pol Firli Bahuri adalah hal yang biasa.
“Walaupun itu adalah istri dari Ketua KPK bukan berarti kehilangan hak untuk berkontribusi meskipun itu Mars dan Hymne,” ujarnya.
Aktivis 98 ini justru menilai ada yang salah di dalam nalar para petinggi ICW yang nyinyir terhadap kontribusi Ardina Safitri tersebut.
“Memang watak komprador seperti ICW tidak akan pernah hilang karena hidup dari hibah asing karena kehabisan bahan hanya bisa nyinyir terhadap Mars dan Hymne KPK,” ketusnya.
Bahkan kata Hari, jika seandainya ICW ada saat ibu Fatmawati menjahit bendera merah putih untuk dikibarkan di hari proklamasi kemerdekaan Indonesia, bisa jadi mereka akan menyindir Soekarno.
“Kalau saat ini era persiapan kemerdekaan Indonesia tentunya pembuatan bendera merah putih oleh ibu Fatmawati akan dinyinyir oleh Jepang dan Belanda, maka ICW sama seperti penjajah di era menuju kemerdekaan,” celetuknya.