Senin, 23 September 2024
Senin, 23 September 2024

Sekalipun Pandemi, Ghirah Pendidikan Tidak Boleh Berhenti

Muhammad Ibnu Idris
Muhammad Ibnu Idris
Penikmat sambal matah dan sambal bajak.

Hampir dua tahun lebih lamanya pandemi virus Covid-19 telah membuat sektor kehidupan bangsa ini menjadi kacau. Virus yang berasal dari Kota Wuhan Provinsi Hubei China nampaknya masih terus bergejolak. Berdasarkan data yang dihimpun oleh tim percepatan penanganan Covid-19 menunjukkan bahwa masih terjadi peningkatan kasus positif di negeri ini. Keadaan ini telah membuat lini kehidupan berubah, tidak terkecuali lini pendidikan. Sebelum pandemi melanda mungkin dapat dikatakan pendidikan kita berjalan baik-baik saja. Kita bisa berangkat sekolah pagi-pagi, bertemu teman-teman di sekolah, dan bisa bercanda tawa saat istirahat pelajaran. Sungguh momen yang sangat menyenangkan sebagai pelajar bukan?

Keadaan tersebut berubah signifikan saat virus pandemi ini muncul. Adanya adaptasi kebiasaan baru yang diterapkan seolah-olah menjadi pembatas yang mengekang kehidupan kita. Memang ada rasa yang berbeda dengan keadaan yang sedang dialami oleh kita semua saat ini. Jaga jarak antar sesama, memakai masker, dan menghindari kerumunan orang menjadi hal yang harus dipahami bahwa ini bukan menjadi awal serta alasan bagi pendidikan untuk terhenti. Pendidikan dalam situasi apapun harus tetap berjalan walaupun di tengah pandemi.

Pendidikan dalam Jagad Media

Mencermati beberapa pemberitaan media terkait dengan pendidikan di saat pandemi ada sesuatu yang menarik untuk dikaji. Pendidikan yang awalnya bersifat tatap muka harus berganti sistem online (daring) hingga akhirnya menimbulkan problem baru di tengah masyarakat. Namun yang menjadi titik fokus saya bukan persoalan pada titik sistem pembelajaran online atau tatap mukanya, melainkan ghirah belajar anak-anak bangsa ini yang masih membara. Ada satu kisah menarik tentang betapa semangatnya pelajar bangsa ini di masa pandemi. Mungkin kisah ini dapat menyentuh hati kita dan membuat kita semua kagum akan semangat belajarnya walau dalam situasi pandemi yang sedang kita alami. Hal yang sangat luar biasa dan tentu bisa menginspirasi kita di tengah gelombang fluktuaktif yang terjadi sekarang ini.

Tantangan Nyata

Pendidikan saat ini menuntut semua untuk melakukan pembelajaran secara online. Tidak peduli kepada mereka yang tinggal di perkotaan atau desa, mereka yang kaya atau miskin, akan tetapi pembelajaran online saat pandemi adalah jalan satu-satunya untuk agar kita bisa belajar selayaknya sebelum pandemi. Hal yang membedakan ialah digunakanya piranti gawai, smartphone atau laptop dalam belajar. Namun pernahkah kita membayangkan bagaimana dengan kelompok masyarakat tertentu yang tidak memiliki piranti itu saat pandemi?

Sebagian kita mungkin berasumsi jika mereka akan berhenti belajar dengan alasan sarana yang tidak mendukungnya. Atau bahkan lebih jauh yang terlintas dibenak kita adalah mereka yang tidak mampu sudah putus asa dalam menggapai pendidikan yang setiap hari semakin sulit. Namun hal tersebut tidaklah benar dan bahkan yang terjadi sebaliknya.

Potret Perjuangan

Dikabarkan dalam beberapa media ada seorang pelajar SMA asal Madrasah Aliyah Matla’ul Anwar Rumpin, Parung, Kabupaten Bogor yang rela menjual ayam kesayangan satu-satunya untuk membeli smartphone agar bisa belajar online sesuai dengan anak sebaya lainya. Di tengah keterbatasan ekonomi yang dialaminya tidak membuat surut ghirah pendidikanya untuk terus berlanjut menempuh pendidikanya. Jujur keadaan pandemi ini telah menambah beban hidupnya yang serba kekurangan dalam kehidupan keseharian. Ayahnya telah meninggal dan ibunya bekerja sebagai penjual pensil dengan penghasilan Rp. 10.000,00 per hari. Rumah yang berdinding kayu bekas pemberian tetangga menjadi tempat berteduh untuk tetap bisa melangsungkan kehidupanya. Tentu kalau kita bisa menempatkan keadaan kita pada posisi tersebut pasti memang tidaklah mudah. Bahkan mungkin kita tidak mampu menjalani hidup pada kondisi seperti apa yang telah mereka alami.

Ghirah belajar tersebut menjadi potret mini betapa masih banyak dari anak-anak bangsa ini yang tetap dan akan semangat belajar walau pandemi menyerang sekalipun. Tidak ada hal yang dapat menyurutkan semangat pendidikan mereka, bahkan keadaan ekonomi sekalipun. Selama pendidikan ghirahnya masih ada dalam jiwa kita maka di situlah ada semangat kemanusiaan dan kebaikan yang akan senantiasa dicapai. Ada sebuah keinginan untuk keluar dari keterbatasan dan menuju kemerdekaan hidup sejati tanpa ada kekangan dari siapapun. Itulah esensi pendidikan dan alasan mengapa pendidikan menjadi hal mendasar untuk tetap ada dan harus dijalankan. Dapatkan kita merenung sejenak jika ghirah pendidikan anak-anak bangsa ini hilang, apa yang akan terjadi terhadap nasib bangsa dan kemanusiaan ini nantinya?

Jalan yang Cerah

Pendidikan menjadi begitu wajib hukumnya dan tidak akan bisa dapat kita lepaskan dengan kehidupan sampai kapanpun. Selama nyawa ini masih melekat pada raga yang kita miliki di situlah sebenarnya masih ada kewajiban bagi kita untuk terus memperbaiki diri dan menata hubungan antara kita sesama manusia, manusia dengan Tuhanya. Oleh karena itu pandemi covid 19 ini jangan membuat kita semua terlena.

Semangat dan asa harus kita jaga dengan baik, jangan sampai pandemi membuat ghirah ini menjadi melemah. Namun di sisi lain juga bukan berarti kita menganggap sepele keadaan ini. Rasa was-was dan kehati-hatian menjadi penting dalam merespon kondisi ini. Banyak negara-negara di dunia telah menunjukkan jika pendidikan adalah senjata ampuh untuk mengubah dunia. Pendidikan dalam persepektif Islam juga ditekankan betapa pentingnya bagi kita khususnya sebagai manusia. Bahkan di dalam hadist telah disebut bahwa pendidikan dalam hal ini menuntut ilmu hukumnya wajib bagi umat Islam.

Ada sebuah hadist yang menjelaskan bahwa “Barang siapa yang ingin memperoleh kebahagiaan di dunia maka hendaklah dengan ilmu. Dan barang siapa yang ingin memperoleh kebahagiaan di akhirat maka hendaklah juga dengan ilmu. Dan barang siapa yang ingin memperoleh kebahagiaan keduanya (dunia dan akhirat) maka he daklah dengan ilmu”.

Masih banyak lagi dalil dalam Islam yang menempatkan betapa ilmu sangatlah penting. Oleh karena itu ghirah pendidikan dalam situasi pandemi ini harus senantiasa dijaga, selalu memotivasi anak-anak bangsa ini agar terus belajar dan belajar agar kelak menjadi bagian dari manusia yang bisa berkontribusi bagi agama, bangsa, dan negara. Teruslah tetap belajar dalam keadaan apapun, jangan sampai pendidikan ini terhenti karena pandemi. Melalui pendidikan kita bisa menciptakan perubahan besar dan masa depan yang lebih baik.

Temukan kami juga di Google News lalu klik ikon bintang untuk mengikuti. Atau kamu bisa follow WhatsaApp Holopis.com Channel untuk dapatkan update 10 berita pilihan dari redaksi kami.

berita Lainnya
Related

Kesenjangan Komunikasi Antar Generasi

Teori generasi akhir-akhir ini semakin populer, terutama karena perbedaan mencolok antar generasi yang sering kali menyebabkan hubungan menjadi rumit dan terpolarisasi.

Apa Benar Starlink Berbahaya Bagi Indonesia ?

Oleh : Dr. Kanjeng Raden Mas Tumenggung Roy Suryo Notodiprojo / Pengamat Telematika, Multimedia, AI & OCB, sekaligus Magister Kesehatan Masyarakat (Public Health) UGM Asli.

Prof Salim Said, Tokoh Pers yang Meninggal di Tengah Revisi UU Penyiaran

Oleh : Dr. Kanjeng Raden Mas Tumenggung Roy Suryo Notodiprojo / Oleh : Dr. Kanjeng Raden Mas Tumenggung Roy Suryo Notodiprojo / Mantan Ketua 1 Korps Mahasiswa Komunikasi (1990-1991) UGM asli di Jogja.
Prabowo Gibran 2024 - 2029
Ruang Mula

Berita Terbaru