JAKARTA, HOLOPIS.COM Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) berpesan bahwa dalam peribadahan beragama sebaiknya dilakukan dengan kenyamanan atau enak.

Kendati demikian, ia tetap mengingatkan agar tidak senaknya dalam beragama. Hal itu disampaikannya melalui Twitter pribadinya yang telah terverifikasi atau centang biru.

“Beragama yang enak saja tapi jangan seenaknya,” ujar Mahfud MD, seperti dikutip dari cuitan @mohmahfudmd, Minggu (13/2).

Sebelumnya, Mahfud menceritakan rutinitasnya setelah menjalankan ibadah salat malam. Ia mengatakan bahwa dirinya sering meluangkan waktu untuk menikmati lagu-lagu dan menonton wayang melalui media YouTube.

“Tidak jarang, setelah salat malam saya mengambil waktu untuk menikmati lagu-lagu dan nonton wayang lewat YouTube. Misal mendengar lagu-lagunya Los Marenos dan nonton rekaman wayangnya Ki Enthus Susmono,” kata Mahfud.

Meski demikian, bukan berarti Mahfud tidak mengaji atau membaca Al-Qur’an. Dalam beragama, ia menegaskan bahwa antara ibadah dan hiburan harus seimbang.

“Apakah tidak mengaji Alqur’an? Ya juga, tapi bisa bervariasi,” tegasnya.

Dalam cuitannya di hari yang sama, Mahfud turut menanggapi polemik yang saat ini tengah terjadi di tengah masyarakat, khususnya umat Islam, yakni pendapat yang menyatakan bahwa berdoa sebaiknya menggunakan bahasa Indonesia saja.

Mahfud mengaku setuju dengan pendapat tersebut. Sebab, kata Mahfud. Sang pencipta memahami berbagai macam bahasa.

“Allah Maha Pencipta dan Maha Tahu, termasuk menciptakan dan memahami berbagai bahasa,” jelas Mahfud.

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu pun memberikan contoh doa berbahasa Indonesia yang sering diucapkannya seusai melaksanakan salat.

“Dalam berdoa saya sering menyelipkan doa dalam bahasa Indonesia, misalnya, “Ya Allah, Engkaulah yang menganugerahi anak dan cucu kepadaku. Kuserahkan mereka kepada-Mu untuk dibimbing ke jalan yang benar dan cukup rezeki,” katanya.

Cuitan Mahfud MD itu pun mendapat respon dari salah seorang netizen dengan nama akun @ArifMIqbal2. Akun tersebut menanyakan alasan Mahfud menggunakan bahasa Indonesia ketika berdoa.

Ia juga menanyakan, apakah alasan Mahfud sama seperti alasan yang pernah dilontarkan Kepala Staf TNI Angkatan Darat, Jenderal TNI Dudung Abdurachman?

“Tapi prof melakukan doa pake bahasa Indonesia itu karena apa? Hayooo, apa sama alasannya dengan Pak Jenderal?,” tanya Arif M Iqbal.

Mahfud menjawab, berdoa lebih baik menggunakan bahasa Indonesia dibanding dengan bahasa Arab, tetapi tak tahu apa arti dan maknanya.

“Banyak orang memaksa diri pakai Bahasa Arab tapi tak tahu artinya. Ada yang berdizikir “Ya kayuku ya kayumu” (maksudnya, yaa hayyu yaa qayyumu); ada juga yang memuji “wolo wolo kuwwato” (maksudnya, laa hawla walaa quwwata illaa billah),” kata Mahfud.

Menurut Mahfud, berdoa yang diterima Allah SWT, adalah doa yang ihkhlas yang berasal dari hati orang masing-masing.

“Doa yang diterima tentu yang keluar dari kekhusyukan hati,” pungkas Mahfud.