JAKARTA, HOLOPIS.COM – Presiden AS Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin dijadwalkan akan membicarakan terkait potensi perang yang kapan sana terjadi di Ukraina Sabtu (12/2).
Menurut otoritas Gedung Putih, Putin sudah meminta panggilan telepon antara kedua pemimpin itu dilangsungkan pada Senin (14/2). Namun, Biden ingin melakukannya lebih cepat karena Amerika Serikat melihat tanda-tanda yang semakin jelas tentang kemungkinan perang diantara kedua negara tersebut.
Dalam situasi ketegangan antar negara ini, Australia dan Selandia Baru menjadi negara yang turut mengimbau warganya untuk meninggalkan Ukraina. Keputusan tersebut diambil setelah AS memperingatkan invasi Rusia yang bisa terjadi kapan pun mungkin meliputi serangan udara.
Rusia sendiri telah berulang kali membantah cerita versi AS yang menyebutkan pihaknya telah mengerahkan 100 ribu pasukan ke perbatasan Ukraina. Rusia berdalih mereka hanya menjaga keamanan negaranya dari agresi sekutu NATO.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berharap Putin akan memilih jalur diplomasi dibandingkan melakukan serangan. Tapi, bila Rusia bersikeras menyerang, maka AS dapat menjatuhkan sanksi ekonomi pada negara tersebut.
“Saya terus berharap dia tidak akan memilih jalur agresi baru dan dia akan memilih jalur diplomasi dan dialog,” ungkap Blinken kepada wartawan setelah pertemuan dengan para pemimpin Pasifik di Fiji, seperti dikutip dari Reuters.
“Tapi jika tidak, kami siap,” imbuhnya.
Putin berusaha menguatkan pengaruh di Eropa pasca-Perang Dingin. Ia juga meminta jaminan pada Biden untuk memblokir masuknya Ukraina ke NATO dan memastikan keamanan Rusia dari rudal yang ditempatkan di dekat perbatasan negaranya.
AS menganggap banyak dari permintaan itu yang bisa tidak terlalu prioritas, seraya mendorong Rusia untuk membahasnya bersama-sama dengan Washington dan sekutu Eropanya.
Namun, Biden yakin bahwa pembicaraan satu lawan satu dengan Putin mungkin merupakan peluang terbaik untuk menemukan titik terang dari permasalahan antar negara ini.