JAKARTA, HOLOPIS.COM – Para pengunjuk rasa anti-kudeta di seluruh Myanmar menentang perintah junta untuk tidak merayakan ulang tahun kudeta oleh junta militer yang menumbangkan pemimpin terpilih, Aung San Suu Kyi.

Sejak terjadinya kudeta, junta militer telah membunuh lebih dari 1.500 warga sipil.

“Kami bertepuk tangan. Rumah-rumah lain di lingkungan saya juga bertepuk tangan.” Kata seorang warga dilansir dari CNA, Selasa (1/2).

Junta militer telah memerintahkan toko-toko untuk tetap beroperasi, namun jalan di daerah Yangon mulai kosong pada sejak pukul 10 pagi.

Media lokal pun menunjukkan flash mob di Yangon dan Mandalay, di mana di mana pengunjuk rasa membentangkan spanduk pro-demokrasi dan menyalakan suar.

Junta pun mengancam akan menyita bisnis yang tutup dan siapa saya yang mengeluarkan suara propaganda anti militer akan mengarah pada tuduhan makar dan teorisme.

Kudeta tersebut telah mengakhiri demokrasi singkat Myanmar dan menggulingkan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi.

Perebutan kekuasaan itu pun telah memicu protes massa dan tindakan keras terhadap perbedaan pendapat.

Aung San Suu Kyi telah ditahan sejak kudeta dan sejauh ini dijatuhi hukuman enam tahun penjara, atas tuduhan mengimpor dan memiliki walkie talkie secara ilegal, hasutan terhadap militer, dan melanggar aturan COVID-19.