HOLOPIS.COM, JAKARTA – Geliat 65 juta penonton bioskop Indonesia hingga pertengahan November 2025 bukan hanya statistik, melainkan bahan bakar. Pemerintah, melalui Kementerian Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Barekraf), kini fokus mengubah potensi domestik ini menjadi kekuatan ekspor melalui tempaan intensif Bootcamp Akselerasi Kreatif (AKTIF).
Program AKTIF adalah sebuah “bengkel tempa” yang memaksa para sineas dan animator profesional untuk menanggalkan jubah seniman murni dan mengenakan armor pebisnis. Hasilnya yaitu enam Intellectual Property (IP) terpilih tiga film dan tiga animasi kini siap melangkah ke Asia TV & Forum Market (ATF) 2025, forum bisnis hiburan paling sengit di Asia Pasifik yang digelar di Singapura pada 2-5 Desember mendatang.
Deputi Bidang Kreativitas Media, Agustini Rahayu, menegaskan bahwa keikutsertaan di ATF adalah bukti komitmen all-in kementerian.
“Ini adalah langkah nyata menjadikan ekonomi kreatif sebagai the new engine of growth Indonesia. Kami tidak hanya mendorong penciptaan, tetapi memastikan karya ini bernilai tambah, mampu bersirkulasi, dan menggerakkan ekonomi nasional,” ujar Agustini Rahayu saat penutupan Bootcamp AKTIF, Minggu (23/11).
Filosofi inti AKTIF adalah transformasi pola pikir: film dan animasi bukan sekadar karya seni, melainkan aset komersial yang membutuhkan strategi distribusi global.
Ivan Valentinus, Produser Film Pelabuhan Berkabut (Fish, Please), mengakui paradigmanya terguncang. “Selama ini fokus saya hanya ke dapur produksi. Di sini, kami ‘dipaksa’ keluar dari zona nyaman; diajarkan bagaimana menjual, bagaimana memosisikan film agar menemukan penonton baru secara tepat,” katanya.
Tiga IP film yang lolos, yakni Film Komik Jagoan, Film Pelabuhan Berkabut (Fish, Please), dan Film Bong (Of Womb and Tomb), kini membawa ambisi besar. Nashiru Setiawan, Produser Film Bong, berharap karya mereka menjadi magnet di pasar internasional. “Kami ingin menarik investor yang tertarik mengembangkan bisnis dari karya kami,” tegasnya, merujuk pada pentingnya aspek investasi yang dipelajari di bootcamp.
Di kubu animasi, proses seleksi yang meloloskan Kamarong, Kwartet: Watu Jiwo Series, dan Galeo Of SeaWalkers juga berpedoman pada kesiapan tempur.
Ketua Asosiasi Industri Animasi dan Kreatif Indonesia (AINAKI), Daryl Wilson, menjelaskan bahwa pitch bible dokumen presentasi bisnis karya adalah senjata utama di ATF. “Aspek komersialisasi menjadi sangat penting. Kalian akan bertemu calon mitra dan investor, dan pitch bible kalian harus mematikan,” tekannya.
Kreator Galeo Of SeaWalkers, Andara Fembriarto, merasa bekal yang ia terima sangat berharga. “Ini bukan lagi tentang membuat gambar yang cantik, melainkan bagaimana kami diajarkan bisnisnya, hukumnya, hingga cara nge-pitch yang praktis. Materinya benar-benar grounded,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan Ida Bagus Aditya, kreator Kamarong, yang mendapat pencerahan soal pengelolaan legal dan budgeting. Ilmu yang ia sebut “sangat berdampak dan ingin saya bagikan kembali kepada komunitas animasi di Bali.”



