JAKARTA, HOLOPIS.COMPengamat politik dari Universitas Presiden, Muhammad AS Hikam menilai bahwa penyelenggaraan Muktamar ke 34 Nahdlatul Ulama yang berlangsung sejak 22-23 Desember 2021 di Lampung kemarin cenderung lebih damai dibandingkan muktamar-muktaman sebelumnya.

“Kesan saya muktamar, cenderung lebih damai, lebih landai dibanding sebelumnya,” kata Hikam, Sabtu (25/12).

Ia menilai, kondusifitas yang bisa dibangun dalam penyelenggaraan Muktamar tersebut tidak bisa dilepaskan begitu saja dari sosok Ketua Umumnya yakni KH Said Aqil Siradj.

Menurut Hikam, kepemimpinan Kiai Said Aqil bisa membuat organisasi tersebut bisa lebih dewasa menyikapi berbagai dinamika yang ada.

“Di bawah kiai Said Aqil, NU semakin matang dalam menyikapi dinamika politik, dinamika sosial dan lain sebagainya di Indonesia,” ujarnya.

Bahkan saat ini kata Hikam, ada istilah yang cukup menarik dari situasi dan kondisi Nahdlatul Ulama sepanjang kontestasi pemilihan Ketua Umum atau Dewan Tanfidzi mereka.

“Di NU ini ada istilah gegeran akhirnya gergeran, artinya awlanya menghangat namun akhirnya bersuka ria, bercanda dan tertawa-tawa,” tandasnya.

Memang sebelum penyelenggaraan pemilihan umum untuk mencari sosok nakhoda NU sempat ada ketegangan, baik dari kelompok yang pro dan kontra terhadap sosok calon Ketua Umum untuk periode 2021-2026.

Namun situasinya tetap bisa terkontrol. Hikam menduga, kedewasaan para kaum Nahdliyyin inilah yang menjadi penyebabnya. Dan bagi Hikam, ini adalah contoh yang baik yang bisa ditunjukkan oleh NU sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia itu.

“Pemilihan ketua tanfidzi berlangsung baik bagaimana NU menunjukkan kepada bangsa Indonesia kemampuan berorganisasi dan berdemokrasi selesaikan suksesi tanpa gejolak,” paparnya.

Perlu diketahui, bahwa Muktamar NU ke 34 telah rampung digelar. Acara pertama kali dibuka di Lampung pada tanggal 22 Desember 2021. Di dalam muktamar tersebut, berbagai komisi yang ada di organisasi bentukan KH Hasyim Asyari itu melakukan rapat dengan menghasilkan berbagai rekomendasi yang bisa digunakan nantinya, termasuk terhadap pemerintah untuk melengkapi progres kehadiran regulasi yang bertujuan untuk kemaslahatan bangsa dan negara.

Selain pembahasan berbagai rekomendasi untuk menyikapi situasi kekinian, Muktamar juga menjadi ajang bagi organisasi untuk memilih nahkoda baru, baik dari posisi Rais Aam sampai Ketua Umum.

Untuk pemilihan Rais Aam, memang sangat landai, karena prosesnya hanya dilakukan melalui mekanisme keputusan Ahlul Halli Wal Aqdi. Ada 9 (sembilan) sesepuh NU yang dipilih untuk menentukan siapa Rais Aam untuk periode 2021-2026. Dan dari hasil keputusannya, dipilihlah KH Miftachul Akhyar sebagai Rais Aam di Muktamar NU ke 34 pada tanggal 22 Desember 2021.

Kemudian, pada tanggal 23 Desember 2021, dilakukanlah mekanisme voting yang diikuti oleh para muktamirin. Ada dua nama calon Ketua Umum yang maju, yakni KH Said Aqil Siradj sebagai petahana dan KH Yahya Cholil Staquf.

Berdasarkan hasil akhir dari voting yang dilakukan, KH Said Aqil Siradj mendapat 203 suara. Sementara KH Yahya Cholil Staquf mendapat 327 suara. Dengan demikian, Gus Yahya terpilih menjadi Ketua Umum PBNU untuk masa khidmat 2021-2026.