JAKARTA, HOLOPIS.COM – KH. Miftachul Akhyar kembali terpilih menjadi Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) masa periode 2021-2026.
Keputusan itu diambil berdasarkan kesepakatan sembilan kiai sepuh yang tergabung dalam Ahlul Halli Wal Aqdi (Ahwa) pada acara Muktamar NU ke-34 yang berlangsung di Lampung, Kamis (23/12).
Kiai yang juga menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu mengaku, dirinya seperti orang yang salah minum obat saat kembali dipercaya untuk memimpin organisasi Islam terbesar di Indonesia itu.
“Tentang keputusan Ahwa saya tidak tahu apa yang akan saya sampaikan. Rasanya hanya seperti seorang yang salah minum obat, lola lolo. Ya, apa yang diputuskan kami tidak bisa membantah,” kata Akhyar, Jumat (24/12).
Kiai kelahiran kota Surabaya itu lantas menerima keputusan musyawarah Ahwa tersebut dengan lapang dada. Dalam kedepannya, ia optimis dan yakin mampu bekerja sama secara kolektif dengan para kader dan juga pengurus PBNU, sehingga diharapkan mampu membawa NU menjadi organisasi yang solid.
“Kami bekerja kolektif kolegial sebagaimana aturan dalam AD/ART (NU),” tegasnya.
Miftachul Akhyar pernah menjabat sebagai Rais ‘Aam PBNU
Perlu, Pimpinan Pondok Pesantren MIftachus Sunnah Kota Surabaya itu sebelumnya juga menjabat sebagai Rais ‘Aam PBNU menggantikan Ma’ruf Amin yang saat itu maju dalam Pemilu Presiden 2019 mendampingi Joko Widodo.
Akhyar dipercaya menjadi Wakil Rais Aam PBNU 2015-2020 dan didaulat sebagai Pj Rais Aam PBNU 2018-2020.
Sekilas perlu diketahui, Rais ‘Aam merupakan jabatan untuk pimpinan tertinggi dalam kepengurusan organisasi NU.
Miftachul Akhyar Diminta Tidak Rangkap Jabatan
Berdasarkan hasil rapat pleno yang digelar dalam Muktamar NU ke 34, Muktamirin meminta agar Rais ‘Aam tidak menjabat di kepengurusan organisasi lain. Oleh karena itu, KH. Zainal Abidin mewakili para kiai Ahwa lainnya meminta Akhyar untuk fokus dalam mengembangkan PBNU.
Sementara itu, Miftachul Akhyar saat ini menjabat sebagai Ketua Umum MUI Pusat periode 2020-2025. Kepemimpinan Miftachul Akhyar di MUI tersebut merupakan hasil dari Munas X MUI 2020 lalu.
“Kalau ingin menjadi Rais Aam NU 2021-2026, diharapkan untuk tidak rangkap jabatan di organisasi yang lain dan itu disetujui oleh semua anggota Ahwa,” kata Zainal, Jumat (24/12).