JAKARTA, HOLOPIS.COM Kementerian Sosial merealisasikan pembentukan command center untuk mengoptimalkan penyaluran informasi baik saat bencana masalah korban asusila, disabilitas, dan berbagai permasalahan sosial lainnya.

Pembentukan Command Center ini, diungkapkan Menteri Sosial Tri Rismaharini, berdasarkan pengalamannya yang beberapa kali sulit mendapatkan informasi saat bencana alam terjadi di beberapa lokasi beberapa waktu belakangan terakhir.

“Pada waktu gempa NTT atau erupsi Gunung Semeru, itu susah sekali mendapatkan informasi. Di Lumajang, saya lihat posko pengungsi di Desa Sumber Wuluh, Kecamatan Candipuro, ini kayaknya di lokasi rawan, jadi tidak bisa dilakukan penanganan dengan cepat,” kata Risma, Jumat (17/12).

Tapi untuk memastikan adanya potensi ancaman lanjutan, Risma mengklaim bahwa dirinya tidak mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Baru setelah melakukan kontak telepon dengan sejumlah pihak, didapat informasi tersebut.

“Kalau ngga dapat informasi ya susah menentukan tindakan apa yang harus dilakukan,” tukasnya.

Dengan adanya command center, diharapkan informasi dapat dikelola dengan lebih baik, lebih cepat dan dapat dimanfaatkan dengan lebih optimal. Hal ini dimungkinkan karena command center akan menghimpun keterlibatan pihak-pihak terkait.

Namun mereka tetap harus dibantu dengan penguatan informasi dan terhubung dengan stakeholder. Dengan command center, Risma berharap petugas lapangan bisa bertindak cepat dan tepat sesuai dengan situasi kedaruratan.

“Jadi petugas lapangan bisa lebih siap menghadapi situasi darurat. Intinya, command center dalam hal penanggulangan bencana, dimaksudkan supaya meningkatkan kemampuan mitigasi,” harapnya.

Pada tahap awal, penyiapan command center fokus pada penyiapan SDM dan sistem. Dalam waktu kedepan, Mensos memastikan akan menambah dukungan peralatan.

“Saat ini untuk daerah bencana, kami menggunakan Rig. Tapi ke depan akan didukung dengan satelit,” ungkapnya.

Rig adalah alat komunikasi berbentuk base station yang dapat dijadikan sebagai base station dan dapat juga dijadikan sebagai alat komunikasi bergerak (mobile station).

Mantan Walikota Surabaya ini kemudian berharap, masyarakat harus menjadi bagian aktif dari lalu lintas komunikasi dalam penanganan bencana. Untuk keperluan itu, command center bisa menjadi jembatan. Hal ini dimungkinkan, sebab informasi cuaca dari BMKG didiseminasikan melalui citra satelit.

“Saya ingin pantauan dari citra satelit bisa tersampaikan ke masyarakat. Sehingga ancaman bencana bisa diantisipasi. Apalagi kita ada Tagana di tiap wilayah, sehingga dengan adanya informasi dari citra satelit bisa menggerakkan tenaga kita seperti Tagana untuk cepat melakukan evakuasi atau perlindungan warga yang terancam,” pintanya.

Command center didesain untuk melayani berbagai laporan masyarakat tentang kedaruratan dari masalah konflik sosial, bencana alam, bantuan sosial yang tidak tepat sasaran ataupun masalah kedaruratan lainnya.

Pelatihan petugas command center dilaksanakan pada 16-19 Desember 2021 di Gedung Aneka Bhakti Cawang Kencana, Jakarta Timur. Para petugas command center telah mengikuti asesmen psikologis hasil kerjasama Kementerian Sosial dengan LP3T Unair Surabaya.

Total petugas command center Kementerian Sosial yang akan mengikuti pelatihan 63 orang. Yakni dari Unit Kerja Eselon I Sekretariat Jenderal sebanyak 11 orang, Inspektorat Jenderal 8 orang, Direktorat Jenderal Penanganan Fakir Miskin 10 orang, Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 8 orang, Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial 11 orang, Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial 9 orang dan Badan Pendidikan, Penelitian, dan Penyuluhan Sosial 6 orang.