JAKARTA – Harga emas meningkat pada perdagangan Jumat (10/1), meskipun dolar AS dan imbal hasil obligasi mencatat kenaikan signifikan setelah laporan pertumbuhan lapangan kerja Amerika Serikat (AS) melampaui ekspektasi pada Desember.
Data pasar menunjukkan emas spot (XAU/USD) naik 0,71 persen ke USD2.689,37 per troy ons pada Jumat, sekaligus mencatat kenaikan hampir 2 persen dalam sepekan, tepatnya 1,88 persen.
Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan peningkatan lapangan kerja sebesar 256.000 pada Desember, lebih tinggi dibandingkan 227.000 pada November dan jauh melampaui estimasi konsensus sebesar 153.000 posisi.
Kabar tersebut mendorong penguatan dolar AS, dengan indeks dolar ICE naik 0,52 poin ke level 109,7—yang sebelumnya sempat menyentuh 109,97, level tertinggi sejak Oktober 2022.
Meskipun dolar yang kuat biasanya menjadi tekanan bagi emas, logam mulia ini terus naik selama empat hari berturut-turut. Investor memilih emas sebagai aset aman di tengah kekhawatiran inflasi, utang fiskal, dan ketidakpastian ekonomi global.
Menurut Saxo Bank, tekanan dari penguatan dolar dan kenaikan imbal hasil obligasi tidak menghalangi peralihan investor ke emas untuk melindungi nilai aset mereka.
Selain itu, penimbunan emas fisik oleh pedagang China turut mendukung kenaikan harga, di tengah kekhawatiran depresiasi yuan.
Alex Ebkarian, analis Allegiance Gold, menilai bahwa respons positif emas meski dolar menguat mencerminkan kekhawatiran lebih luas terhadap masalah struktural seperti utang global, pasar yang overvalued, dan risiko geopolitik.
Imbal hasil obligasi AS juga mencatat lonjakan tajam. Obligasi bertenor dua tahun naik 11,4 basis poin ke 4,386 persen, sementara obligasi 10 tahun mencapai 4,764 persen, naik 7,6 basis poin.