JAKARTA, HOLOPIS.COM Ada banyak penyakit yang ada saat ini belum ditemukan obat yang paling mujarab untuk menyembuhkannya, salah satunya adalah HIV/AIDS. Penyakit ini memiliki kepanjangan dari human immunodeficiency virus (HIV) atau virus imunodefisiensi manusia. Sebuah spesies lentivirus atau genus virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan menjadi penyebab dari munculnya penyakit AIDS.

AIDS sendiri merupakan sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Karena hubungan keterkaitan inilah, publik mengenalnya sebagai penyakit HIV atau HIV/AIDS.

Secara normal, pengidap penyakit HIV/AIDS ini hanya mampu bertahan hidup antar 9 sampai 11 tahun saja berdasarkan kekuatan imunitas tubuh penderitanya tanpa melalui pengobatan lebih lanjut. Pengobatan yang dimaksud ini adalah penggunaan obat-obatan khusus yang hanya mampu memperlambat perkembangan sel virus di dalam tubuh, karena sejauh ini belum ada obat yang pasti mampu membunuh virus dan hilang begitu saja dari dalam tubuh pengidapnya.

Sementara itu, terkait dengan bagaimana pola penyaluran virus HIV, sejauh penelitian yang ada hanya bisa melalui penyaluran semen (reproduksi), kontak darah, cairan vagina seperti hubungan seksual, dan ASI, hubungan ibu dan anak atau perinatal, penggunaan obat-obatan intravena, transfusi dan transplantasi, serta paparan pekerjaan. Sehingga kontak dengan pengidap HIV/AIDS secara langsung tidak akan tertular jika tidak melalui pola penyaluran tersebut.

Mengapa virus HIV/AIDS ini sangat mematikan, karena ia bekerja dengan cara membunuh sel-sel penting yang dibutuhkan oleh manusia, salah satunya adalah Sel T pembantu, Makrofaga, Sel dendritik.

Pertama ditemukan 1983

Penyakit ini pertama kali ditemukan pada tahun 1983 oleh ilmuan asal Prancis bernama Jean Claude Chermann dan Fancoise Berre Sinoussi. Temuan ini terjadi karena keduanya berhasil melakukan isolasi HIV untuk pertama kalinya dari seorang penderita sindrom limfadenopati. Pada saat itu, virus tersebut belum diberinama HIV, akan tetapi masih disebut sebagai ALV (lymphadenopathy-associated virus). Kemudian virus tersebut diteliti lebih lanjut bersama dengan ilmuan lainnya bernama Luc Montagnier, sehingga ditetapkan bahwa ALV ini merupakan virus penyebab terjadinya AIDS.

Di Amerika Serikat pada tahun 1984, ilmuan lain bernama Robert Gallo juga meneliti salah satu virus yang menjadi penyebab dari gejala AIDS, yakni HTLV-III. Dan pada tahun 1986 barulah diketahui bahwa ALV dan HTLV-III adalah virus yang sama, dan dari temuan ini kemudian para ilmuan menyebutnya sebagai HIV atau lebih spesifik diberinama HIV-1.

Dari temuan tersebut, akhirnya beberapa negara juga dilaporkan menemukan spesies HIV, seperti halnya di Portugal yang menemukan HIV-2 dari pasien asal Afrika Barat dan Selatan. Perbedaan antara HIV-1 dan HIV-2 berada pada antigeniknya.

Gejala HIV

Pada awal-awal terinfeksi, penderita HIV/AIDS tidak kan merasakan apapun. Diagnosa hanya bisa dilakukan jika melalui tes darah, ini kita kenal dengan istilah fase pertama. Namun ketika sudah memulai masa perusakan sel tubuh atau fase kedua, maka muncul gejala-gejala klinis, misalnya kulitnya jelek, gatal-gatal dan batuk pilek seperti flu biasa.

Kemudian pada fase ketiga akan mengalami penurunan berat badan dan terkena TBC. Dan pada tahap keempat telah mengalami komplikasi, sulit disembuhkan dan biasanya diikuti dengan kematian.