JAKARTA – Semur adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang telah menjadi bagian dari tradisi kuliner Nusantara. Hidangan ini berupa daging rebus yang dimasak dengan kuah coklat pekat berbahan dasar kecap manis, bawang merah, bawang bombay, pala, dan cengkih. Kecap manis, yang dibuat dari kedelai hitam, menjadi elemen penting dalam menciptakan cita rasa semur yang khas.
Meski daging dan kentang adalah bahan utama, semur juga memiliki variasi dalam penyajiannya, seperti tambahan tahu, tempe, telur, ikan, atau bahan lain yang disesuaikan dengan selera masyarakat di berbagai daerah.
Ternyata Sobat Holopis, semur itu awalnya berasal dari Belanda. Kata ‘semur’ berasal dari bahasa Belanda, ‘smoor,’ yang berarti masakan rebusan tomat dan bawang yang dimasak secara perlahan. Dalam konteks kuliner, ‘smoor’ juga merujuk pada teknik memasak braising, yaitu merebus dengan api kecil dalam waktu lama hingga bahan menjadi empuk.
Sejarah dan Asal Mula
Hidangan daging berbumbu telah dikenal di Indonesia sejak abad ke-9 Masehi. Bukti sejarah berupa prasasti dan relief candi di Jawa menunjukkan adanya penyebutan daging kerbau dan kambing yang dimasak, meski belum dapat dipastikan apakah hidangan ini identik dengan semur.
Sebagai pusat perdagangan dunia, Indonesia sejak lama menjadi tempat bertemunya berbagai budaya. Pedagang dari berbagai bangsa membawa tradisi kuliner yang berbaur dengan rempah-rempah lokal, menciptakan hidangan-hidangan unik, termasuk semur. Hidangan ini tercatat sudah ada sejak tahun 1600.
Kolaborasi budaya juga terlihat dari pengaruh masakan Belanda terhadap semur. Dalam buku resep Hindia Belanda tahun 1902, Groot Nieuw Volledig Oost-Indisch Kookboek, terdapat beberapa varian semur, seperti ‘Smoor Ajam’ dan ‘Smoor Banten van Kip.’ Hal ini menegaskan bahwa semur adalah hasil perpaduan dapur Indis (peranakan Eropa) dengan rempah khas Indonesia.
Tradisi dan Keberagaman Semur
Seiring waktu, semur menjadi bagian dari tradisi berbagai daerah di Indonesia. Di Betawi, semur selalu hadir dalam perayaan Lebaran dan pesta pernikahan. Di daerah lain seperti Kalimantan dan Sumatra, semur disesuaikan dengan selera lokal, baik dari segi rasa maupun bahan tambahan.
Pada awalnya, semur identik dengan daging sapi berkuah coklat pekat. Namun, kreasi bahan seperti daging kambing, ayam, tahu, tempe, hingga terong menjadikan semur semakin beragam. Tidak heran jika hidangan ini mudah ditemukan di berbagai wilayah Indonesia sebagai bagian dari menu sehari-hari.
Semur sebagai Identitas Budaya Kuliner
Semur adalah bukti seni kuliner yang lahir dari interaksi berbagai budaya dan diwariskan secara turun-temurun. Hidangan ini tidak hanya merepresentasikan kekayaan cita rasa Indonesia tetapi juga menjadi bagian dari identitas budaya kuliner Nusantara.
Dengan cita rasa rempah yang khas dan keanekaragamannya, semur tetap menjadi primadona di meja makan masyarakat Indonesia hingga kini.