JAKARTA – Dalam urusan ranjang, pasangan suami istri harus selalu meningkatkan pengetahuan tentang bagaimana mendapatkan kepuasan yang paripurna saat melakukan hubungan intim.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan klimaks yang “enak”nya berkali-kali lipat adalah dengan teknik “Edging” atau teknik “Tahan”.
Psikolog klinis, Inez Kristanti yang suka membagikan konten edukasi seksual di media sosialnya mengatakan bahwa biasanya praktik menahan yang disebut edging ini menggunakan teknik pemberhentian penetrasi saat sudah mulai terasa akan klimaks.
“Jadi pas udah berasa mau klimaks stop dulu, atau dibuat slow dulu biar gak jadi nyampe, bilang sama pasangannya biar ikutan slow dulu, baru mulai pelan-pelan bangun lagi sensasinya sampai udah mau klimaks lagi, stop tahan terus ulang lagi sampai begitu sampai kita benar-benar mau nyampe klimaks,” papar Inez seperti dikutip Holopis.com dari konten yang ia unggah di akun media sosial pribadinya.
Dengan teknik edging ini, Inez juga percaya bahwa hal tersebut akan mempengaruhi syaraf-syaraf sehingga kenikmatan dalam berhubungan intim semakin nikmat disebabkan oleh semakin sensitifnya syaraf tersebut.
“Jadi dengan edging ini kita bangun ketegangan dan akhirnya syaraf-syaraf di tubuh kamu jadi semakin sensitif, jadi saat akhirnya kamu benar-benar mau sampai di momen klimaks, boom! sensasinya bisa berlipat-lipat,” lanjutnya.
Dilanjutkan Inez, dengan klimaks yang nikmatnya berkali-kali lipat ini juga akan semakin mempengaruhi hormon kebahagiaan seperti dopamin dan oksitosin sehingga pasangan pun jadi semakin “terhubung” secara perasaannya.
“Nah semakin intens puncaknya, hormon dopamin dan oksitosin juga akan semakin meningkat, jadi bukan puas secara fisik aja, tapi perasaan kamu juga terasa semakin connected,” tutup Inez.
Sekedar untuk diketahui, ketika dopamin dan oksitosin dilepaskan secara bersamaan setelah hubungan intim, keduanya menciptakan efek sinergis yang luar biasa:
• Dopamin memberikan rasa bahagia dan kepuasan.
• Oksitosin memperkuat ikatan emosional, rasa percaya, dan keintiman.
Kombinasi ini adalah alasan mengapa hubungan intim sering dianggap sebagai pengalaman yang tidak hanya fisik, tetapi juga emosional.