JAKARTA – Eks penyidik KPK Yudi Purnomo Harahap mengaku setuju dengan pernyataan Dewan Pengawas KPK yang menyebut bahwa pimpinan KPK periode saat ini tidak bernyali dan malah cenderung ciut.
Kendati demikian, Yudi Purnomo malah mengingatkan Dewas KPK untuk berkaca juga dengan kinerja mereka selama ini. Pasalnya, Yudi menilai justru keduanya sebenarnya dicap gagal.
“Menurut saya, dua-duanya harus bercermin bahwa mereka harus mengakui mereka telah gagal, entah itu pimpinan, apa itu Dewas dalam menjalankan tupoksinya masing-masing,” kata Yudi dalam keterangannya pada Sabtu (14/12).
Yudi bahkan menganggap, Dewas KPK tidak berani dengan para komisioner pimpinan ketika adanya pelanggaran etik.
“Menurut saya, tentu saat ini Dewas di akhir kepemimpinan KPK tentu akan menyesali bahwa ketika mereka tidak keras, tidak tegas kepada pimpinan inilah terjadi di KPK,” ucapnya.
Oleh karena itu, Yudi berharap agar Dewas ke depan harus tegas dan keras kepada pimpinan KPK melanggar etik.
“Bagi saya, Dewas itu seharusnya kewibawaan mereka ketika mereka tegas kepada pimpinan kalau mereka tidak tegas ke pimpinan, yang terjadi mereka dianggap remeh,” tukasnya.
Sebelumnya diberitakan, Dewan Pengawas (Dewas) menganggap kepemimpinan KPK periode 2019-2024 jauh dari kata keberhasilan dan bahkan memiliki banyak kekurangan.
Anggota Dewas KPK, Syamsuddin Haris dalam laporan tahunannya menyinggung sejumlah pelanggaran etik yang dilakukan sejumlah pimpinan. Tindakan itu menurut Syamsuddin membuktikan pimpinan KPK saat ini tidak memiliki integritas.
“Dalam penilaian Dewas, pimpinan KPK belum dapat memberikan teladan, khususnya mengenai integritas. Ini terbukti dari tiga pimpinan KPK yang kena etik dan Anda semua sudah tahu siapa saja,” kata Syamsuddin di Jakarta pada Kamis (12/12).
Selain itu, Syamsuddin menganggap asas kolektif kolegial yang seharusnya diusung pimpinan KPK sampai saat ini gagal dilakukan.
“Dalam penilaian kami di Dewas, pimpinan KPK belum menunjukkan konsistensi dalam menegakkan kolegialitas dan sinegisitas. Hal ini bisa kita lihat misalnya muncul secara publik misalnya statement pimpinan A kok bisa berbeda dengan pimpinan B tentang kasus yang sama. Kami di Dewas sangat menyesalinya,” ujarnya.
Bahkan, Syamsuddin bahkan menganggap, pimpinan KPK saat ini tidak punya nyali dalam pemberantasan korupsi.
“Apakah pimpinan itu ada atau memiliki nyali, mungkin ada, tapi masih kecil. Ke depan, dibutuhkan pimpinan yang memiliki nyali besar dalam pemberantasan korupsi,” pungkasnya.