JAKARTA – Dosen tetap Prodi Kajian Ketahanan Nasional SKSG UI Stanislaus Riyanta menjelaskan bahwa dalam sebuah siklus intelijen bisa mengalami kegagalan. Setidaknya secara global, ada 3 (tiga) sumber kegagalan intelijen.
“Kegagalan intelijen ada tiga, pertama ketidakcakapan agen atau analis, kedua adanya operasi kontra intelijen, dan ketiga operasi intelijen yang disebabkan oleh pengkhianatan,” kata Stanislaus dalam seminar Tantangan dan Kompleksitas Intelijen di kampus UI Jakarta, Jumat (13/12).
Ia mengakui bahwa kegagalan itu sulit diurai, maka perlu pendekatan kemampuan siklus intelijen yang berkompeten. Kemampuan kontra intelijen juga perlu dikuatkan oleh organisasi atau lembaga yang melaksanakan praktik intelijen.
“Gimana mencegah dan mengantisipasinya, ini sulit,” ujarnya.
Kemampuan intelijen tidak boleh stagnan, semua harus dilakukan secara bertingkat sehingga prkatik intelijen yang dijalankan mampu menjawab semua tantangan yang ada. Sebab kata Stanislau, hampir semua praktik kejahatan menggunakan ilmu-ilmu intelijen di dalam melaksanakan operasinya, termasuk organisasi terorisme.
“Sekarang bahwa literatur mudah didapat soal intelijen. Mau cara sabotase juga gampang kita buka. Sangat terbuka, ini kan berbahaya, karena operasi intelijen yang kita asumsikan sebagai state actor, sekarang dilakukan non state actor, teroris bekerja dengan cara-cara intelijen,” tuturnya.
Di samping itu, akademisi sekaligus pengamat intelijen Indonesia ini pun mengatakan bahwa jangan sampai ada asumsi bahwa praktik intelijen hanya digunakan untuk sekadar deteksi dini. Ilmu dan praktik intelijen harus digunakan untuk melakukan pencegahan dini.
Kemudian di dalam melaksanakan praktik intelijen, seluruh level jobdesk intel harus dilakukan dengan sinkron dan harmonis. Sehingga output yang diharapkan dapat tercapai dengan sangat baik.
“Intelijen khawatirnya adalah (dianggap) hanya untuk melakukan deteksi dini, bukan melakukan pencegahan dini. Apalagi jika lawannya melakukan kegiatan intelijen. Maka kita perlu intelligence cycle,” sambungnya.