JAKARTA, HOLOPIS.COM – Mata uang Turki, Lira, telah jatuh lebih dari 40% tahun ini terhadap dolar AS.

100 lira Turki sekarang bernilai sekitar $8,15 (Rp. 116,382.00).

Dilansir dari Skynews (24/11), penyebab keruntuhan ini adalah upaya presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, untuk menumbangkan hukum ekonomi.

“Mengingat latar belakang ini, dan Erdogan yang telah memecat gubernur Bank Sentral yang tidak patuh, harapan agar CBRT akan menghilangkan ketakutan investor serta meletakkan dasar di bawah lira dengan tidak memotong suku bunga lebih lanjut sudah mulai runtuh,” kata Ekonom Global Senior dari Konsultan Capital Economics, Simon MacAdam.

Ortodoksi adalah, jika inflasi mengalami kenaikan, kebijakan moneter diperketat untuk membuat permintaan lebih seimbang dengan pasokan.

Erdogan berpendapat bahwa, sebaliknya, suku bunga tinggi adalah penyebab inflasi yang lebih tinggi daripada cara untuk mengendalikannya.

Secara ekonomi, penurunan suku bunga yang tidak prudent bisa memicu inflasi. Karena, penurunan suku bunga bisa menambah peredaran uang.

“Kita perlu meninggalkan eksperimen tidak rasional dan kembali kepada kebijakan-kebijakan berkualitas yang akan melindungi nilai lira Turki dan melindungi kesejahteraan rakyat Turki” ujar mantan deputi gubernur bank sentral, Semih Tumen.

Semih Tumen ‘dipecat’ oleh Erdogan pada bulan Oktober lalu.

Rontoknya nilai lira ini juga merugikan Turki dari segi hutang. Pasalnya, 57 persen utang bank sentral Turki berada dalam mata uang asing.