JAKARTA – Penyanyi dan model Indonesia, Sarwendah Tan, saat ini kembali melanjutkan pendidikan dan kuliah di jenjang S1 di kampus yang sama dengan anak angkatnya, penyanyi Betrand Peto, atau yang akrab disapa Onyo. Sarwendah mengungkapkan bahwa awalnya ia berniat menjadi pengajar di universitas tersebut. Namun, setelah banyak berdiskusi, ia memutuskan untuk melanjutkan kuliah dan memilih jurusan Psikologi di University of Jakarta International.

“Kebetulan, aku kuliah di kampus yang sama dengan Onyo, tapi kami beda jurusan, jadi beda kelas juga. Onyo ambil yang reguler, sedangkan aku ambil yang hybrid. Tadinya, aku sebenarnya mau ngajar Mandarin di sana. Waktu itu, kami sempat ngobrol soal itu, tapi di tengah pembicaraan, aku jadi merasa tertarik banget sama dunia psikologi,” kata Sarwendah, dikutip Holopis. com, Kamis (28/11).

Meskipun kuliah di kampus yang sama, Sarwendah dan Onyo memilih jurusan yang berbeda. Onyo mengambil kelas reguler, sementara Sarwendah memilih program hybrid untuk menyesuaikan dengan kesibukannya sebagai ibu dan pekerja.

“Akhirnya, aku memutuskan ambil S1 psikologi di sana. Tapi, kalau harus masuk tiap hari seperti Onyo di program reguler, rasanya aku nggak bisa. Ya, ngurusin anak saja sudah cukup menyita waktu, apalagi ditambah kerjaan. Jadi, aku pilih program hybrid. Kebetulan, mereka menyediakan kelas hybrid untuk jurusan psikologi, makanya aku ambil itu,” jelasnya.

Sarwendah mengungkapkan motivasinya memilih jurusan psikologi karena keinginan untuk memahami karakter manusia lebih dalam dan membantu orang lain yang mungkin membutuhkan tempat untuk berbicara atau berbagi masalah.

“Ya pengen aja, maksudnya dari dulu pengen mengenal karakter lagi. Apalagi, dengan permasalahan yang ada, aku merasa banyak orang yang sebenarnya butuh teman cerita. Jadi, aku tertarik mendalami jurusan psikologi,”ujarnya.

Selain itu, Sarwendah juga menyadari adanya batasan dalam praktik psikologi, terutama ketika menangani masalah dalam lingkup keluarga. Ia mengibaratkan seperti seorang dokter yang tidak bisa menangani pasien dari keluarganya sendiri.

“Masalahnya, kalau misalnya psikolog menangani sesama keluarga, kayaknya nggak boleh deh. Setahu aku, kayak dokter saja nggak boleh menangani anaknya sendiri, ini sama,” kata Sarwendah.

Sarwendah menjelaskan bahwa meskipun jadwal kuliah cukup padat, ia tetap berkomitmen untuk mengurus anak-anaknya. Baginya, waktu yang ada tidak bisa lebih banyak, karena tetap ada tanggung jawab besar untuk keluarga.

“Waktunya sebenarnya nggak lebih banyak sih, karena aku tetap harus ngurus anak-anak. Semua urusan mereka tetap aku yang harus nerusin. Tapi ya, menuntut ilmu kan nggak ada salahnya. Jadi, pengen banget,” ujarnya.

Meski demikian, Sarwendah tetap berusaha keras untuk menyeimbangkan antara pendidikan dan peranannya sebagai ibu. Ia juga berharap agar anak-anaknya selalu dalam keadaan baik-baik saja, mencerminkan dedikasi dan kasih sayangnya sebagai seorang ibu yang ingin memberikan yang terbaik untuk keluarganya.

“Semuanya tetap aku usahain bareng-bareng. Dari awal, aku sudah bilang kalau aku nggak mau anak-anak merasakan perbedaan apa pun. Sampai sekarang, alhamdulillah anak-anak baik-baik saja. Semoga mereka tetap baik-baik saja ke depannya,” pungkas Sarwendah.