JAKARTA – Tanggal 28 November merupakan hari perayaan Thanksgiving, yang dikenal di Amerika Serikat sebagai hari untuk bersyukur atas hasil panen dan berkat yang diterima sepanjang tahun. Perayaan ini memiliki akar sejarah yang kaya yang mencakup berbagai tradisi, budaya, dan peristiwa penting.
Perayaan ini juga sudah berkembang menjadi momen untuk berkumpul bersama keluarga dan teman-teman, menikmati hidangan besar, dan merayakan rasa terima kasih. Namun, sejarah Thanksgiving lebih kompleks daripada sekadar makan kalkun dan menonton parade. Bahkan banyak yang menilai bahwa Thanksgiving adalah hari perayaan yang memiliki sejarah kelam.
Bagaimana sih awal mula Thanksgiving?
Awal Mula Thanksgiving
Sejarah Thanksgiving di Amerika Serikat berawal dari abad ke-17 ketika sekelompok orang Inggris yang dikenal sebagai Pilgrims tiba di Dunia Baru (Amerika Utara) pada tahun 1620. Mereka adalah kelompok pemukim yang meninggalkan Inggris karena persekusi agama. Setelah perjalanan panjang melintasi Samudra Atlantik menggunakan kapal Mayflower, mereka mendarat di Plymouth (sekarang bagian dari negara bagian Massachusetts) pada bulan Desember.
Tahun pertama mereka di dunia baru sangat berat. Mereka menghadapi musim dingin yang keras, kelaparan, dan penyakit. Namun, dengan bantuan penduduk asli Amerika dari suku Wampanoag, yang mengajarkan mereka cara bertani dan berburu di tanah yang baru ini, para Pilgrim akhirnya berhasil mengatasi kesulitan tersebut.
Pada musim gugur tahun 1621, setelah panen yang berhasil, para Pilgrim dan suku Wampanoag merayakan persahabatan mereka dengan sebuah perayaan. Perayaan tersebut, yang berlangsung selama tiga hari, dianggap sebagai perayaan pertama Thanksgiving. Meskipun tidak ada kalkun dalam menu tersebut, hidangan yang disajikan termasuk jagung, ikan, dan daging rusa. Tidak ada catatan pasti mengenai apakah perayaan ini benar-benar diadakan dengan konsep bersyukur seperti yang kita kenal sekarang, tetapi perayaan tersebut menjadi simbol awal dari tradisi Thanksgiving.
Kontroversi Thanksgiving
Meskipun Thanksgiving telah menjadi waktu untuk merayakan rasa terima kasih dan kebersamaan, perayaan ini tidak lepas dari kontroversi. Banyak orang, terutama keturunan penduduk asli Amerika, atau suku Indian, melihat Thanksgiving sebagai simbol dari perayaan penjajahan dan penindasan yang dialami oleh suku-suku asli Amerika.
Bagi mereka, Thanksgiving mengingatkan akan hilangnya tanah, budaya, dan kehidupan mereka setelah kedatangan orang Eropa.
Seiring berjalannya waktu, ada gerakan untuk lebih menghormati pandangan dan perspektif masyarakat asli Amerika, dengan beberapa kelompok mengadakan hari peringatan yang dikenal sebagai National Day of Mourning pada tanggal yang sama.
Namun sebagai hari untuk bersyukur, Thanksgiving tetap menjadi salah satu perayaan paling penting di Amerika Serikat, dengan makna yang terus berkembang sesuai dengan zaman.