HOLOPIS.COM, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) akan segera memutuskan kebijakan moneter, salah satunya terkait kebijakan suku bunga acuannya atau BI-Rate dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang akan berlangsung dalam waktu dekat.
Terkait hal ini, pelaku pasar modal menaruh harapan kepada Bank sentral Indonesia itu untuk kembali menurunkan suku bunga acuannya pada akhir pekan ini. Hal itu guna memberikan kepercayaan investor.
Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman mengatakan, penurunan suku bunga acuan secara rekam jejak selalu memberikan dampak yang signifikan terhadap kinerja pasar modal.
“Artinya kalau The Fed menurunkan acuan suku bunga dan BI menurunkan suku bunganya kemarin di pasar lebih positif,” ungkap Iman dalam keterangannya di Jakarta, seperti dikutip Holopis.com, Senin (14/10).
Melihat rekam jejak itu, dia pun berharap agar lembaga yang dipimpin oleh Perry Warjiyo sebagai Gubernur BI itu kembali mengambil kebijakan serupa dengan hasil RDG BI pertengahan bulan lalu.
“Iya bisa turun ke 5,75 persen,” kata dia.
Ia lantas mengingatkan, bahwa kebijakan suku bunga tinggi, Rata Rata Nilai Transaksi Harian (RNTH) pada tahun 2023 hanya tercatat sebesar Rp 10,75 triliun.
“Lihat saja tahun lalu RNTH segitu dan pasarnya sideway,” ulas Iman.
Sebagaimana diketahui, Rapat Dewan Gubernur BI yang didalamnya membahas terkait arah kebijakan moneter Indonesia akan digelar pada tanggal 16 Oktober 2024. Salah satu yang dibahas yakni terkait kebijakan suku bunga acuan.
Sejauh ini, banyak pelaku pasar memperkirakan ada pemangkasan Suku Bunga acuan BI. Seperti Indo Premier Sekuritas (IPOT) yang memperkirakan BI akan kembali memangkas suku bunga sebesar 25 poin ke level 5,75 persen.
Sementara itu, Equity Analyst Indo Premier Sekuritas (IPOT), Dimas Krisna Ramadhani mengatakan kebijakan BI itu menjadi salah satu faktor yang perlu dicermati para pelaku pasar pada pekan ini.
Ia menilai, jika BI memutuskan untuk menurunkan suku bunga, maka keputusan ini sejalan dengan kebijakan yang dijalankan bank sentral global lainnya yang mulai menurunkan suku bunga acuannya, seiring dengan tren penurunan inflasi yang terjadi.
Sebagai referensi, Indonesia selama 5 bulan terakhir mencatatkan deflasi. Hal ini disebut sebagai gambaran bahwa kemampuan daya beli masyarakat terus turun.
“Sebagai langkah antisipatif, BI menjalankan kebijakan moneter ekspansif dengan menurunkan suku bunga acuannya demi memompa roda ekonomi,” ulas Dimas dalam riset untuk minggu ketiga Oktober 2024.